Dearly

MiiraR
Chapter #42

Z×G

Setelah memasukkan barang bawaan Zoya ke dalam mobilnya. langkah kaki bergerak, berjalan menuju pintu kemudi mobil.

Di dalam mobil terlihat Zoya yang duduk di samping kursi pengemudi. Bola matanya terus bergerak mengikuti pergerakan Gavi yang tak kunjung berhenti.

Pertama, ia melingkarkan sabuk pengaman di tubuhnya. Tiga detik kemudian, suara mesin mobil menyala dengan halus. Lengannya kembali bergerak menyesuaikan suhu ac agar lebih dingin. Selanjutnya, ia menyodorkan satu cangkir es kopi latte untuk kakak perempuannya. 

“Makasih, Gav!” ujar Zoya, menerima dengan kedua lengannya.

“Sruuuup ...,” bibir Zoya mulai menyesapnya, menikmati rasa segar yang mengalir dari tenggorokan hingga ke dalam perutnya.

Mobil yang di kendarai keduanya, berjalan keluar dari parkiran. Di sampingnya, Gavi juga menikmati es coklat pilihannya.

"Waaahh ...," ujarnya beedecak kagum, puas dengan rasa familiar yang menjadi favoritnya.

Lengannya bergerak menyimpan minumannya, lalu pandangannya menatap ke arah Zoya sebentar.

“Gimana malang, seru Zoy?” tanya Gavi.

“Seru banget, tempatnya indah, tenang, nyatu sama budaya local. Mirip kaya lo, kayanya di sana cocok buat lo Gav,” ujar Zoya menjelaskannya, dengan antusias.

“Oh ya??” tanya Gavi, memastikan. Ia juga ingin pergi ke sana, pasti sangat menyenangkan bisa bepergian dan merasakan secara langsung pengalaman yang di bagikan Zoya untuknya.

Zoya mengangguk setuju, bola matanya melihat ke arah jendela yang menunjukkan ramainya lalu lintas yang menghimpit mobilnya.

Lengan Gavi bergerak merogoh totebag, di dashboard mobilnya. lalu, segera menyerahkannya kepada Zoya. Memecah keheningan yang terjadi.

“Waaaah, apa nihhhh?” tanya Zoya, menerima totebag kecil yang Gavi berikan untuknya.

“Buka aja!” balas Gavi, memberi perintah.

“Padahal ngga perlu loh repot-repot gini” ujar Zoya. Namun, kedua lengannya merogoh ke dalam totebag.

Tubuhnya terpaku, setelah menyentuh benda bersegi panjang.

“Nggak mungkin,kan?" tanya Zoya, merasa tidak yakin. Benarkah itu ponsel milikinya? Ia pikir ia sudah kehilangannya.

Matanya berbinar, senang bukan main menerima handphone yang sudah lama di rindukannya. Semua isi di dalam ponsel ini berarti untuknya, sebuah benda yang menyimpan banyak kenangan, cerita, perjuangan yang Zoya simpan hanya untuk dirinya sendiri.

“Ini beneran punya gue kan Gav?” tanya Zoya, memastikannya.

Gavi mengangguk, mengiyakan.

“Dimana lo nemunya?” terus bertanya.

Lihat selengkapnya