“Hello ..., ngaca dong lo? Siapa yang suka batalin janjinya tiba-tiba? cuman karena moodnya lagi baik?” tanya Zoya, membalas peringatan yang Gavi berikan kepadanya.
"Itu tuh lo, Gavi!"
"Lo yang suka tiba-tiba hilang, l manusia yang paling nyebelin yang pernah gue temuin sih ya Elo!” lanjut Zoya terus melayangkan protes hebat atas perlakuan Gavi yang tidak bagus menurutnya.
“Yaa gapapa, kan gue masih kecil,” balas Gavi, memberi pembelaan yang valid.
“Dih ...,” sahut Zoya.
“Kecil? malu toh sama badan lo yang udah kayak bapak-bapak!” tampaknya, tidak setuju dengan ucapan yang Gavi berikan.
"Kalau istrinya lo sih gapapa,” balas Gavi, melayangkan sebuah candaan.
“Dih, najis!” balas Zoya dengan cepat, menolaknya. Lengannya terlihat bergerak mengetuk-etuk dasboard mobil dan kepalanya secara bergantian.
Reaksi yang Zoya berikan, terasa berlebihan. Penolakan tegas yang ia tunjukkan terlihat lucu di mata Gavi.
"Kenapa ia begitu serius? " tanya Gavi, di dalam hatinya.
“Apa lo ketawa-tawa? apa yang lucu?” ucap Zoya menaikkan nada suaranya, setelah mendengar tawa keras dari orang di sebelahnya.
Entah apa yang ia lihat, sehingga membuatnya tertawa menggelegar.
“Anj*r Zoy, muka lo kenapa? merah banget? baru keluar dari oven lo?” Gavi terus menggodanya, diiringi suara tawa yang semakin nyaring dan mengganggu.
Lengan Zoya bergerak menyentuh kedua pipinya, secara bergantian. Memastikan apa yang di dengarnya benar atau tidak.
"Enggak kok," balas Zoya menyangkalnya, meskipun kini ia bisa merasakan suhu tubuhnya mulai memanas. Seolah, AC di dalam mobil tidak berfungsi.
“Sumpah lo kaya angry birds yang mau meledak tahu ngga ...,” timpal Gavi, lengannya bergerak menyentuh ujung matanya. Menyeka air mata yang keluar karena rasa senang yang begitu meluap-luap.
Zoya menundukkan kepalanya, dengan kedua lengannya ia mencoba menutupi seluruh wajahnya.
Enggan, terus di tertawakan oleh Gavi.
"Aaahhh ...," ujar Gavi mengatur nafasnya, hal itu membuat keadaan di dalam mobil kembali hening. .
“Gue pikir lo cuman galak aja, ternyata bisa lucu dan ngerasa malu juga!” ujar Gavi mengatakan pendapatnya tentang Zoya.
"Puas lo?" tanya Zoya.
"1000%, puas banget Zoy!" balasnya, memberikan ulasan.
"Terus Gav, terus aja. Mau sampai kapan lo terus ledekin gue?" jawab Zoya, memprotes.
“Thanks ya, udah bikin gue ketawa hari ini!” lanjutnya, dengan lengan kiri Gavi bergerak mengusap puncak kepala Zoya. Ia benar-benar berterima kasih, ia tidak ingat kapan terakhir kali, bisa merasakan seperti ini.
Sebuah perasaan yang membuatnya merasa bebas dan tidak khawatir tentang apapun.
Seolah tidak ada beban yang di pikulnya, bersama orang ini semua masalah-masalah yang tidak seharusnya ia pikirkan juga ikut lenyap.
Plak
Zoya menepis lengan Gavi dari kepalanya.