Dearly

MiiraR
Chapter #46

BeHurt

“Apa ada hal yang buat kamu ngerasa terganggu dan marah?" tanya Zoya.

"Kalau iya, bilang aja Yo. Kita bicarain ini bareng-bareng dan cari solusinya."

"Dengan begitu ngga ada hal apapun yang ngeganjal di hubungan kita."

"Aku ngga mau perasaan itu semakin menumpuk, dan suatu saat bakal jadi bom yang bakal hancurin kita," terus Zoya, ia tidak akan membiarkan Rio pulang dengan perasaan kalut dan mempertanyakan dirinya.

Lengan Rio bergerak mematikan mesin mobil.

Kepalanya ia sandarkan di atas tumpuan jok mobilnya, pandangannya menatap lembut ke arah Zoya.

Zoya membalasnya, ia paham begitu banyak pertanyaan yang ia coba sembunyikan

"Kamu punya waktu buat dengerin aku kan Zoy?” tanya Rio memastikan, apakah Zoya mau dan bisa mendengarkannya malam ini.

Zoya mengangguk mengiyakan, dengan sisa tenaga yang masih di miliknya. Ia berusaha akan fokus ke dalam obrolan dan menyelesaikan semuanya.

“Apapun itu, kita selesain ini sekarang!" tegas Zoya

Tidak peduli dengan rasa lelah yang di rasakannya, Zoya tidak ingin keduanya pulang dengan memiliki perasaan dendam terhadap satu sama lain.

Pandangan Rio beralih, menghindar dari Zoya.

“Jujur akhir-akhir ini aku ngerasa ada yang berubah dari kamu. Rasanya kamu bukan Zoya yang aku kenal dulu, terlalu banyak hal yang kamu sembunyiin. Dan aku ngga tahu itu apa!” ujar Rio mengatakan apa yang ada di pikirannya.

“Kaya hubungan ini tuh bukan prioritas kamu lagi, sekarang!” terus Rio.

Kepala Zoya menggeleng, membantah setiap ucapan Rio yang terasa menyudutkannya.

"Apa yang membuat Rio berfikir seperti itu? Adalah hal yang di lakukannya dan membuatnya salah paham?"

"Sejak kapan ia berfikir seperti itu? Mungkinkah, ini ada hubungannya dengan Gavi, " pikir Zoya di dalamnya.

“Kan aku bilang, ponselku rusak. Aku juga kasih tahu setiap jadwal aku ke kamu Yo. itu masih kurang ya?” tanya Zoya, membela dirinya.

“Nggak Zoy, bahkan sebelum minggu ini. Kamu juga kaya gitu,” terus Rio, berpegang teguh dengan pendapatnya.

Dahi Zoya mengerut, tidak setuju dengan ucapan yang Rio berikan.

Bahkan selama pelatihan dan pertandingannya ia terus mengabari pria itu. Mengirim foto dari setiap aktifitas yang di jalaninya.

Dan semua itu masih belum cukup untuk Rio, ia masih bisa menuduh dan berfikir seperti itu?

Lihat selengkapnya