Dearly

MiiraR
Chapter #48

Closed

Dengan nafas yang terengah-engah Zoya meniggalkan Rio di tempatnya. Rasa sesak terus ia rasakan, seolah ada yang mencekiknya dengan kuat. Dengan perasaan itu, Zoya memilih untuk meninggalkannya. Tidak kuat untuk bertahan lebih lama lagi dengan Rio.

Semakin lama ia melakukan percakapan, semakin besar juga luka yang Zoya dapat dari orang yang di cintainya.

Ia benar-benar tidak mengerti, kenapa Rio bisa berfikir seperti itu terhadapnya.

Apa yang membuat ia tak bisa mempercayainya dan merasa tersaingi dengan kehadiran Gavi? pikir Zoya.

*

Berlainan dengan yang Rio rasakan, ajakan putus yang Zoya berikan membuat tubuhnya mematung. Perasaannya sangat terguncang, tidak mengerti kenapa kata-kata itu dengan mudah keluar dari mulut Zoya

Entah, apa yang membuat Zoya bisa mudah meminta itu darinya? Apa sekarang ia sudah tidak mencintainya lagi?

Benarkah, hidupnya sudah di penuhi oleh Gavi. Sehingga ia tidak takut kehilangan siapapun dari hidupnya? Termasuk Rio?

Hal apa yang sudah Gavi lakukan? hingga bisa menarik hati Zoya dan menjadikan ia istimewa di hidupnya?

Perlahan tubuh Zoya mulai menghilang dari pandangannya, melihat ia berjalan tanpa melihat kembali ke arahnya. Memukul keras hati Rio, ia sadar jika Zoya benar-benar serius dengan ucapannya.

Hal itu membuat Rio berfikir, rasanya tidak ada celah untuknya bisa kembali kepada Zoya.

Kemana kebahagiaan yang sebelumnya ia rasakan? Kenapa bisa menghilang dengan begitu cepat dan tergantikan dengan rasa pahit getir di ujung ceritanya.

**

Perasaan marah dan kecewa masih memenuhi hati Zoya, sekarang ia tidak mengerti dengan apa yang di rasakannya. Semua masih terasa membingungkan, emosi yang dirasakannya berhasil mengalahkan logika yang selama ini di milikinya dan membuatnya berakhir dengan sebuah keputusan yang tidak masuk akal.

Bagaimana jika Rio mengiyakan ajakannya? pikir Zoya di dalam hatinya mulai merasa khawatir dengan hubungan yang akan di jalani keduanya selanjutnya.

Kekhawatiran yang di rasakannya, menghentikan langkah kaki Zoya.

Pertama ia mengatur nafasnya, lengannya bergerak menyentuh pintu rumah tanpa ada keinginan untuk membukanya.

Tiga detik kemudian ia kembali mengatur nafasnya dan mulai memasang mimic wajah ceria agar apa yang ia rasakan tidak di sadari oleh keluarganya. 

Trek

Pintu terbuka, ia memasuki rumah dengan senyum yang terukir di wajahnya.

Menyadari seseorang masuk, membuat jasmine segera berjalan menuju pintu, untuk menyambut anak pertamanya.

“Hai Bundaaa ...,” panggil Zoya, antusias.

Jasmine membalasnya, dengan sebuah pelukan hangat yang ia berikan.

Zoya menerimanya, ia menyematkan dagunya dia tas bahu Jasmine. Matanya mulai terpejam, beriringan dengan perasaan tenang mulai datang meredakan segala gemuruh yang ada di kepala dan hatinya. Elusan tangan lembut tangan Jasmine bergerak dari kepala dan punggungnya, membuat Zoya ingin lebih lama di posisinya.

Gerakan sederhana ini, berhasil kembali menguatkan hati Zoya. Rasanya, Jasmine selalu tahu tentang apa yang tengah di alami oleh puterinya dan dengan cara yang tidak di sadari ia bisa mengatakan keberadaannya dengan jelas.

Lihat selengkapnya