Deathskull

Rama Sudeta A
Chapter #4

The Decision

"Kau bukan siapa-siapa," pungkas iblis itu dingin dan penuh penekanan.

....

"Berisik."

"Crot!"

"Apa kau tidak bisa diam?" ucapku dingin setelah menikam jantung iblis itu dengan sebuah tulang runcing yang keluar dari tangan kananku.

"Akhirnya," ucap iblis itu menyeringai.

"Sang Pangeran yang terbuang telah kembali pulang."

Aku mendongakkan kepalaku yang berat ke atas, menatap tajam iblis jelek itu dengan kedua bola mata putih yang berurat.

Semuanya benar-benar kosong dalam pandangan, tak ada satu hal pun yang terlihat, hanya sebuah kepolosan tak terbatas.

Tapi, kini, aku bisa merasakan segalanya.

Aku ....

"Aaarrgh!!!"

Kobaran api dari ledakan tabung nitrogen itu terus membakarku hingga hanya sebuah kerangka saja yang tersisa dari tubuhku yang terbakar.

Bagaikan sesosok setan yang terbakar dari ujung kepala hingga kakinya, aku mati-matian merangkak, menahan rasa panas yang luar biasa, secara perlahan, menyeret tulang-tulang belulangku menuju tempat persembunyian sang penembak jitu.

Dalam tatapan kosong tanpa bola mataku, aku menyaksikan sebuah kengerian yang ditunjukkan oleh sang penembak jitu dengan raut wajahnya yang menatapku penuh ketakutan.

"Ah!" teriaknya ketakutan seperti anak kecil saat aku berhasil memanjat ke tempat persembunyiannya dengan tulang tangan kananku yang ku panjangkan hingga berhasil mencengkeram dengan kuat tembok jelek dengan warna putihnya yang sudah terkelupas-lupas di bawah sebuah jendela kayu yang terbuka di atasnya.

"Cilukba."

Penembak jitu, yang kebetulan memakai pakaian yang mirip denganku itu, merangkak mundur dengan tubuh yang bergetar dengan sangat hebat dan kedua bola mata, yang tidak kumiliki lagi, yang tenggelam dalam lautan air mata yang tumpah bagaikan air bah pada tubuhnya yang membeku di hadapan kematian.

"T-tidak ... t-tolong ampuni aku ...."

"Kumohon."

"Gluk."

"Ha?"

Lihat selengkapnya