Deathskull

Rama Sudeta A
Chapter #8

Break Down

Gemuruh suara petir terdengar begitu syahdu di seluruh kawasan distrik Wonderland, sebuah distrik di kota Utopia yang dikhususkan hanya untuk menghibur seluruh warga kelas menengah ke atas.

Hampir semua hiburan populer dari seluruh dunia tersaji di tempat ini, mulai dari hiburan keluarga kelas menengah seperti pertunjukan sirkus dan pasar malam hingga hiburan-hiburan kelas atas seperti kasino dan lain sebagainya.

Dan kebetulan, malam ini, distrik perpaduan antara surga dan neraka ini mendapatkan gilirannya untuk mendapat kiriman air hujan, yang sudah dimodifikasi secara khusus agar bisa menyirami distrik-distrik dalam kota itu sesuai dengan urutan dan jadwal yang sudah ditentukan, kecuali bagi distrik-distrik kelas bawah di kawasan kumuh pinggir kota atau yang biasa disebut dengan "The Edge".

Seseorang yang mengenakan sebuah Hoodie abu-abu dan bercelana hitam terlihat sedang duduk santai di atas puncak sebuah menara telekomunikasi yang berdiri kokoh di jantung distrik hiburan tersebut yang sekaligus merupakan bangunan tertinggi dan ikon distrik hiburan tersebut.

Dia terlihat sedang fokus mengamati ribuan pendosa yang sibuk berlalu-lalang di bawah kaki-kaki basah dan telanjangnya yang menggantung dengan sangat ringannya di atas udara malam yang dingin dan lembab itu.

Sekujur tubuhnya basah kuyup bermandikan air hujan, yang sekaligus membersihkan dan melunturkan noda-noda merah pada pakaiannya.

Orang itu, dengan tudung kelabu yang melapisi kepala dan rambut putihnya yang basah, nampak begitu tenang dengan sorot matanya yang sendu.

Beberapa kali angin menerpa wajah dan tubuh basahnya, membawa hawa dingin yang menyelimuti dan menusuk tulang-tulang belulangnya, membuatnya merasakan rasa kantuk yang tak tertahankan.

Menyerah dengan keadaan, akhirnya orang itu membaringkan tubuh kurusnya di atas lapisan logam dingin itu dan memejamkan kedua kelopak matanya perlahan.

***

"Apa yang kau lakukan, bodoh?"

"Kau bisa mengacaukan semuanya karena melepas binatang itu."

Lucas tampak sangat begitu kesal kepada Skull yang sudah melawan perintahnya, memukul kepalanya hingga pingsan, membiarkan Death mengambil alih kemudi, dan mengikatnya dengan sebuah rantai besi berapi, yang diikatkan pada sebuah paku raksasa, yang juga dalam keadaan terbakar, dibelakangnya.

"Dan satu hal lagi."

"Kenapa tubuhku tidak terbakar?"

Skull hanya menatapnya diam dengan wajah tengkoraknya yang selalu tersenyum sepanjang waktu itu.

Dia duduk bersila dengan tenang menghadap Lucas yang semakin kesal seiring berjalannya waktu.

"Oi, jawab aku, badut," ujar Lucas.

Tidak ada tanggapan sedikitpun dari sang badut.

"Oi! Apa kau tuli!? Apa kau sengaja menutup kedua telingamu itu, dasar bodoh!?"

Lucas tampak semakin marah lantaran tak mendapatkan tanggapan sama sekali dari sang badut kematian tersebut.

Lihat selengkapnya