Debar Hujan

Oleh: Annisa fathonah

Blurb

ANGGI mendongak ke langit dengan kedua tangan menengadah. Hujan baru saja turun, riuh bergemuruh. Ada sedih yang begitu saja ikut terlahir dengan rinainya. Akhir-akhir ini, hujan sering bersenandung haru. Padahal, sebelumnya begitu tenang dan merdu.

AJI mengusap kaca jendela yang mengembun dengan telapak tangannya. Sejak tadi hujan tak henti-henti turun. Dalam bisunya hujan membawa ribuan kesedihan yang tidak bisa ia gubah jadi kata-kata. Hujan punya takdir merengkuh sedihnya sepanjang waktu. Demi menjadi penawar dari dahaga perdu dan tumbuhan ilalang. Demi tunas yang baru ditiupkan nyawa untuk terus tumbuh hingga dewasa. Sedihnya tidak boleh sudah untuk membuat segalanya terus tumbuh, untuk selalu hidup menghidupi seluruh makhluk.
****
Mereka sama-sama suka hujan. Mereka hanya tak punya alasan untuk mendamaikan segala perasaan dari sisa genangan selepas hujan.

Lihat selengkapnya