Detik demi detik berlalu, aku menahan kantuk sembari menatap jam dinding yang berdetak terus menerus. Aku tak mengerti apa yang kulakukan ditengah malam ini, menatap layar laptop terpaku tak berkutik.
"Kapan gua bisa ngerti materi ini, andai gua ga buang – buang waktu tiga semester buat bengong di kampus" Keluhku.
"Ya mau gimana lagi" sahut temanku dari kasur, "yang berlalu biarlah berlalu. Akui aja kita salah jurusan, pilihan hidup sekarang cuma buat bengong di kamar kosan lu sambil main game, ayo login buruan kurang satu nih" Ia bangkit dari tempat tidur sembari menghampiriku yang duduk lemas di meja belajar.
"Ini udah semester 4, apalagi UAS makin deket dan lu masih dengan santainya logan login ga mikir. Coba lu pikirin semester depan kita magang jadi apa? gue gamau cuma jadi bahan suruhan doang ambil kopi, ogah gue" Ucapku ketus.
"Ya udah sih kan bisa nanti juga, apa sih yang lu ga ngerti disini?" Ia mencondongkan tubuhnya, membaca cepat "Yaelah ginian doang mah gampang"
"Coba kerjain terus jelasin sekarang" aku melipat tangan, melihat kearahnya dengan tatapan remeh.
Ia memutar laptopku sedikit, membuka situs pencarian dan mengetik sebuah website pada bilah pencarian. "Tinggal pake AI bro, hidup ga nyari susah" menegakkan badannya dengan bangga.
"Kalo gitu gua juga bisa" aku berdiri dari tempat dudukku "lagian mau sampe kapan pake AI? lu ga bakal berkembang kalo gini – gini aja. Kita itu sarjana komputer bukan sarjana AI"
Temanku mengemasi barang – barangnya yang tergeletak, ia memasukkan semua barangnya dan bersiap untuk pulang. "Soal sukses apa engga itu gaada yang tau" katanya sambil menyandang tas ke punggung "buat sekarang objektif kita survive dari semua ini bukan harus tamatin semua ini." Ia berdiri di ambang pintu, sekilas menoleh "Lu kalo mau belajar, gua kasih ruang deh gua ada panggilan login ke warkop"
Aku menatapnya tanpa menjawab, hanya diam di tempat. Ucapannya masuk akal, tapi tetap terasa pahit di telinga. Aku berjalan ke arah kulkas, membuka pintunya pelan. Isinya biasa saja sisa nasi, botol air, dan dua kaleng kopi. Entah kenapa rasanya kosong, "hati – hati dijalan Tur" ucapku tanpa melihat.