Deep Down Inside

Pia Devina
Chapter #2

We're (Ever Be) Together

“Apa serunya sih ngasih makan angsa?”

Audrey mendendengarkan protes dari pacarnya yang seringkali malas melakukan hal-hal antimainstream sebangsa memberi makan angsa dan ikan di Floating Market Lembang──salah satu tempat wisata yang ada di sudut Bandung. Audrey memang sengaja ingin menghabiskan kencan hari ini di sana, karena dia sedang bosan dengan hiruk pikuk jalanan-atau kafe-atau mall-atau factory outlet-atau apapun yang berbau 'kota'. Lagipula, ada satu hal di hatinya yang membuat dia rindu akan atmosfer tempat seperti Floating Market ini: suasana pedesaan, kebun stroberi, pendopo-pendopo yang memberi kesan 'adem', makanan-makanan tradisional yang dijual di atas perahu, taman kelinci, dan seterusnya, dan seterusnya──sebutan Galang yang sudah sangat tidak menikmati keberadaannya di tempat ini. Daritadi Galang hanya memainkan beberapa koin yang digenggamnya──koin yang berupa 'karcis' masuk bila ingin beraktivitas alias mengunjungi spot-spot yang ada di tempat ini.

Galang adalah tipikal lelaki yang lebih memilih untuk duduk santai di kafe, atau nonton film bareng di apartemennya Audrey──atau di apartemen Galang──yang diakhiri dengan flirting something yang berakhir dengan kata 'I love you-I love you too' di antara mereka berdua, atau pergi berdua ke gym walaupun yang nge-gym hanya Galang karena Audrey malas untuk melumuri badannya dengan banjir keringat──beruntunglah dia yang walaupun malas olahraga tapi punya badan yang, well, untuk tinggi 163 cm dengan berat 48 kg sounds not bad, kan?──atau hal lain yang biasa-biasa saja dan 'wajar' untuk dilakukan oleh sepasang kekasih. Jadi, pergi ke Floating Market ini tidak ada di dalam list 'hal yang menarik untuk dilakukan' milik Galang. Dia menganggap tempat ini hanya seru dikunjungi bila mereka berdua adalah bocah berumur sepuluh tahun──itupun kalau mereka belum mengenal gadget semacam tab atau smartphone.

Audrey berdiri tegak setelah makanan angsa di tangannya habis dia berikan ke angsa-angsa putih yang sedang berenang di bawah sana. Dia tahu kalau Galang akan memprotes ajakannya di weekend ini karena mengisinya dengan pergi ke tempat ini, tapi Audrey hanya senyum-senyum saja dan menganggap protesan pacarnya itu hanya sebatas omelan 'cute'. Let's say it clearly──cute. Audrey menganggap omelan pacarnya itu CUTE.

“Abis ini kita makan deh di saung[1]. Kamu laper, kan?” dia bertanya dengan memajukan wajahnya beberapa senti dari hidung Galang yang mancung──salah satu hal yang dimiliki Galang yang tidak pernah bosan untuk Audrey pandangi, well, ada di poin kesekian sih setelah beberapa hal lainnya yang ada di Galang. Di tubuh Galang, tepatnya.

Galang yang siang ini tampak kasual dengan kaus hitam polos dan celana jeans gombrong selututnya itu tidak menjawab. Dia memasukkan semua koin dalam genggamannya ke dalam saku celananya──tergantikan dengan kotak rokok yang dia keluarkan dari saku celananya itu. “Have we done? Udah hampir jam tiga sore nih.”

Audrey menggelengkan kepala. “Kok bisa ya, aku tahan sama kamu yang kayak gini,” dia mengerlingkan mata, lalu dengan sigap──dan mudah──merebut kotak rokok Galang sebelum lelaki itu mengambil sebatang rokok mentol dari dalamnya. “Now, choose. This cigarette──” Audrey mengambil sebatang rokok dari dalam kotak bermotif kartu Jack itu, lalu membuang rokok putih itu ke dalam air, “or my lips on your cheeks. Or on your lips, mungkin?” tantangnya sambil tersenyum menggoda.

Galang menarik bibirnya, tersenyum. “Curang. kamu tau aku bakal milih mana. Yours. Your-whole-yours,” dia terkekeh.

Audrey tergelak. “Oke. Syaratnya adalah: kamu temenin aku naek perahu dayung. Aku pengen romantis-romantisan kayak di film Hollywood.”

“Ngedayung?” alis mata Galang terangkat sebelah.

Audrey mengangguk. “Iya,” jawabnya singkat, lalu membalikkan tubuh dan berlenggang santai di atas lantai kayu, atau jembatan, atau apapun itu namanya yang terapung di atas air, berjalan memunggungi Galang yang sedang menatap kekasihnya yang hari ini bersetelan tanktop longgar dengan celana pendek berwarna biru gelap.

Senyum Galang kemudian mengembang. He knows he has a feeling for her. Mendayung perahu untuk Audrey sekali-sekali, bukan hal buruk, bukan?

***

What a perfect date──sepertinya alam semesta sedang berpihak kepada dirinya, begitu pikir Audrey.

Setelah kemarin seharian dirinya dan Galang menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan ke Floating Market, tempat yang jauh dari situasi kota yang sibuk dan berisik, malam ini justru dia dan Galang memilih untuk makan malam di Paris Van Java mall.

Bila merunut sejarah kencan mereka selama hampir dua tahun terakhir, Audrey dan Galang tidak pernah menghabiskan weekend──full dua hari di Sabtu dan Minggu──mereka dengan berkencan. Biasanya selalu ada saja alasan yang membuat mereka tidak bisa menghabiskan weekend itu bersama-sama, 2x24 jam.

Lihat selengkapnya