Deep Down Inside

Pia Devina
Chapter #7

Is it the Edge?

Iya, Audrey tahu dengan jelas, sejelas pengetahuannya tentang matahari yang terbit di sebelah timur, atau tentang Einstein yang dikenal dengan rambut gondrongnya dan rumus E=mC2-nya, atau Jude Law adalah pemeran pembantu paling tampan dalam film Sherlock Holmes.

Tapi Audrey juga berharap kalau apa yang membuatnya shock saat ini tidak akan pernah ada, musnah dimakan perut bumi.

Sebuah surat undangan.

Undangan itu berbentuk persegi berwarna keperakan, dengan uliran bunga dan pita berwarna ungu yang cantik. Undangan itu menguarkan aroma soft yang nikmat, yang juga memberi kesan rileks.

Namun, tidak begitu bagi Audrey, karena undangan itu sama sekali tidak membuatnya rileks. Sama sekali tidak.

Galang Winanta dan Saskia Tiffany.

Dua nama itu tertulis di sana, tepat di samping sebuah foto yang memajangkan kemesraan seorang lelaki yang telah mengisi hari-hari Audrey selama dua tahun terakhir, dengan seorang perempuan yang bahkan wajahnya tidak sanggup Audrey pandangi selama lebih dari dua detik. Audrey lebih memilih untuk memandangi kostum yang mereka pakai dibandingkan senyum yang sepasang calon pengantin itu perlihatkan kepada dunia, seakan mereka adalah pasangan paling serasi dan paling bahagia di dunia.

Di sana, di foto itu──terlepas dari wajah kedua manusia di foto yang tidak ingin dilihat oleh Audrey──dua orang itu mengenakan kostum di undangan seperti apa yang Audrey selama ini harapkan: si lelaki mengenakan tuksedo putih, dan si perempuan menggunakan...

“Drey...”

Suara Faya yang duduk di hadapan Audrey, terdengar bergetar, membuyarkan pikiran Audrey.

Hari ini seharusnya menjadi hari yang menyenangkan karena akhirnya setelah seminggu bekerja dengan pressure tinggi sana-sini dari kantor, Audrey akhirnya bertemu hari Sabtu yang bisa digunakan olehnya untuk menjadi seorang beauty sleep alias tidur seharian. Tapi yang terjadi, di saat dirinya tengah menikmati kopi panas di pagi harinya, bel apartemennya berbunyi.

Dengan malas Audrey beringsut dari karpet tebal di ruang tamu apartemennya, lalu mem-freeze selama beberapa saat saat mengetahui siapa yang ada di depan pintu apartemennya.

Setelah membukakan pintu, Audrey mempersilakan Faya masuk──walaupun masih ada canggung yang tidak terlihat, namun jelas terasa di antara mereka berdua. Faya mencoba tersenyum kepada Audrey, tapi dari ekspresi Faya, Audrey bisa menerka kalau ada sesuatu yang tengah terjadi──sesuatu yang membuat Faya gelisah.

Apa yang diduga oleh Audrey kemudian benar-benar terjadi saat beberapa saat kemudian Faya menyodorkan sebuah undangan kepadanya. Undangan pernikahan Galang.

Semua kilasan-kilasan kebersamaan Audrey bersama Galang terasa dibakar hidup-hidup. Tentang bahagia yang sebelumnya dia punya, kini rasanya sudah menguap seperti uap asap rokok yang membumbung ke udara, namun meninggalkan plak di paru-paru Audrey.

Shock yang dirasakannya saat undangan itu mendarat lima menit yang lalu, masih bersisa sampai sekarang. Bahkan ketika kini dirinya dan Faya sudah duduk di sofa──saling berdiam diri memandangi undangan itu.

Dua orang perempuan dalam posisi yang sama.

Audrey Vanissa yang mencintai mantan kekasihnya, Galang Winanta.

Fayadira Anastasya, seorang perempuan yang juga mencintai Galang Winanta.

Lalu, Audrey memberanikan diri untuk memandangi senyum yang terurai di foto undangan itu──senyumnya Galang. Bukan senyum perempuan yang akan menjadi istrinya Galang.

Bayangan akan apa yang Panji ucapkan beberapa minggu yang lalu di kios dekat kampus ITB malam itu pun kembali terlintas:

Show him that you're definitely okay now.

Apakah Audrey harus melakukan apa yang Panji sarankan itu?

***

“Kenapa dia harus ngasih gue undangan?”

Panji yang sedang duduk santai di sofa apartemen Audrey sambil menonton HBO Channel, menoleh ke arah Audrey yang sedang sibuk mengambil beberapa kaleng minuman dari dalam kulkasnya.

Bila ada orang yang bertanya mengapa Panji ada di tempat ini sekarang, silakan tanya Audrey.

Selepas Faya pulang──setelah memberikan undangan yang diberikan Galang kepada Faya dan menitipkan undangan untuk Audrey juga──Audrey refleks meraih ponselnya dan menghubungi Panji. Dia tahu, bila dia hanya berdiam diri di apartemen sambil menangisi kondisi percintaannya sendiri, dia akan merasa hidupnya jauh lebih buruk. Jangan-jangan, dia akan berpikiran untuk bertindak gila. Percobaan bunuh diri, misalnya.

Jadi, Audrey memutuskan untuk menghubungi Panji. Toh Panji juga yang telah menjadi penasehat cintanya pascaputus dari Galang, berarti Panji masuk ke dalam kategori 'temannya Audrey' saat ini.

Lihat selengkapnya