Deep Love; Sekali Lagi Aku Mencintaimu

Rahmi Azzura
Chapter #5

Masih Ingin Bersama

Sudah beberapa hari berlalu, namun hati Keira masih terasa berat menerima keadaan bahwa Radit bukan lagi menjadi miliknya. Berulang kali ia memandangi foto-foto mereka yang tersimpan rapi di galeri ponselnya. Untuk sekadar menepis rindu yang kian erat memeluk hatinya. Jemarinya menyentuh layar, menelusuri kenangan yang kini hanya bisa ia lihat tanpa bisa ia genggam. Ia tersenyum samar, tapi di ujung senyum itu ada luka yang mengendap di hatinya. Rasanya masih seperti mimpi buruk yang belum berakhir.

“Kenapa sekarang kita malah kaya gini, Dit? Kenapa semua harus terjadi seperti ini?” gumamnya lirih, hampir tanpa suara.

Keira meminta Amel untuk datang ke rumahnya dan menemaninya malam ini. Bukan karena ia takut sendirian, tapi karena ia butuh seseorang untuk sekadar mendengarkan. Amel menuruti permintaan itu, tiba menjelang magrib dan langsung disambut wajah murung sahabatnya..

Beberapa saat berbincang, Amel semakin yakin bahwa Keira belum benar-benar siap melepaskan Radit. Perasaan Keira masih tertinggal di sana, bersama kenangan yang enggan pergi. Itu sebabnya, Amel merasa perlu melakukan sesuatu. Ia memutuskan untuk menemui Radit.

"Kei, gue tinggal sebentar ya?" kata Amel, memecah keheningan.

"Mau kemana, Mel? Udah hampir jam sembilam malem, lo mau ngapain?"

Amel berpikir cepat. "Hhmm ... mau beli paket data aja. Hp gue sepi banget gak ada paket begini!"

Keira mengernyit. "Pake wifi rumah aja, biasanya juga gitu.”

"Iya, sih ..." Amel terdiam mencari alasan lain. "Gue sekalian mau beli martabak yang di depan komplek. Lo mau nggak?" Alasan yang tepat!! Teriaknya dalam hati.

Keira menatapnya curiga, tetapi akhirnya mengangguk. "Boleh. Ngemil martabak kayaknya enak buat ngusir galau."

Setelah berpamitan, Amel melangkah keluar rumah. Ia memang membeli martabak, tapi tujuannya lebih dari itu. Sambil menunggu pesanannya selesai, ia menghubungi Radit.

Radit menerima ajakan Amel tanpa berpikir panjang. Ada secercah harapan dalam hatinya bahwa mungkin Keira akan datang bersamanya. Namun, harapan itu langsung pupus saat ia melihat Amel datang sendirian.

"Apa kabar?" tanya Amel saat tiba di hadapan Radit yang masih setia duduk di atas motor kesayangannya.

Radit menghela napas. "As you see. Lo dari mana? Kenapa jalan kaki?" Tanya Radit heran saat melihat Amel berjalan kaki.

"Beli ini." jawab Amel sambil menunjukkan sekotak martabak yang ia bawa. "Gue kebetulan lagi nginep di rumah Keira. Enggak jauh dari sini, kan?" lanjut Amel.

Radit terdiam, matanya menyapu sekitar, "Keira nggak ikut?"

"Ya nggak lah! Dia juga nggak tahu kalau gue ketemu sama lo di sini."

Radit mengangguk kecil, ekspresinya datar. Namun, Amel bisa melihat bagaimana Radit menggenggam stang motornya lebih erat.

Lihat selengkapnya