"Kenapa manyun aja sih, Kei?" Amel melirik sekilas ke arah Keira yang duduk di sampingnya. Hari ini ia memilih mengendarai mobil ibunya daripada motornya sendiri. Sesekali, ia butuh kenyamanan lebih, dan kali ini, alasan utamanya adalah ingin menyeret Keira ke kampus, suka atau tidak.
Keira hanya menghela napas panjang. Kemacetan jalan raya semakin menambah kekesalannya. Padahal, sejak pagi, mood-nya sudah buruk. Amel tahu persis penyebabnya—Radit. Tapi ia tak berniat membahasnya. Setidaknya, tidak sekarang.
"Kei, lo kenapa sih?"
"Mager, Mel… mager banget gue, mau di rumah aja." Keira merengek, matanya masih tertuju ke luar jendela. "Emangnya harus banget beres hari ini?"
"Lo lupa kalau hari ini batas terakhir pengisian KRS? Lo tau kan risikonya kalau nggak beres hari ini?" balas Amel, matanya sesekali mengawasi jalanan yang mulai sedikit bergerak.
Keira mendesah pelan. Ia memang lupa. Kalau bukan Amel yang memaksa, mungkin ia akan tetap berdiam diri di kamar, menghindari dunia.
"Sorry ya, Kei… kalau gue harus maksa lo ikut. Gue cuma nggak mau lo kena masalah nantinya. Gini deh, setelah beres ngisi KRS, gue anter lo ke mana pun lo mau! Deal?"
Keira menatap Amel ragu. "Yakin lo?"
"Yakin, janji. Lo mau ke mana aja, asal bete lo ilang, ayo, gue anter."
Keira berpikir sejenak, lalu tersenyum kecil. "Oke! Ide yang cukup bagus tuh!"
Amel sedikit lega melihat Keira tersenyum, walau hanya sebentar. Setidaknya, itu lebih baik daripada wajah murung yang ditampilkannya sejak tadi.
Setelah hampir satu jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di kampus. Amel segera turun, tapi Keira memilih tetap di dalam mobil.
"Mel, gue ke dalamnya entar aja, ya? Mau nunggu temen sekelas gue dulu."
"Yaudah, kunci mobil gue tinggal. Kalau lo iseng mau pindah tempat parkir, yaudah, lo pindahin aja. Asal jangan tiba-tiba kabur ninggalin gue!"
Keira mengacungkan jempol sebelum Amel pergi. Setelah memastikan dirinya sendiri, ia mematikan AC, membuka sedikit kaca, dan menyalakan radio. Suara penyiar radio terdengar samar, tapi pikirannya justru melayang ke tempat lain.
Sampai telinganya menangkap suara deru motor yang begitu familiar.