Deep Love; Sekali Lagi Aku Mencintaimu

Rahmi Azzura
Chapter #15

Tangis Dalam Diam

Radit duduk termenung di bangku taman kampus, menatap kosong ke depan. Pikirannya tak henti-hentinya kembali ke siang itu, saat Keira mengajukan dua permintaan yang membuatnya merasa semakin jauh darinya. Ia menuruti permintaan Keira, menjaga jarak, dan tidak lagi mengusik kehidupannya. Tapi, mengapa rasanya justru semakin menyakitkan? Sejak saat itu, Radit merasa ada bagian dari dirinya yang perlahan hilang. Bayangan Keira terus menghantuinya, tetapi yang paling menyiksanya adalah tatapan terluka yang diam-diam tertangkap oleh matanya setiap kali mereka bertemu. Serta, Radit harus bisa bersikap biasa saja setiap kali mereka bertemu di momen rapat kepanitiaan.

Berat bagi Radit untuk menahan diri tidak memberikan perhatian kepada Keira. Selalu ada pergolakan batin di saat ia tahu Keira butuh bantuan, namun ia hanya bisa diam seolah tak peduli.

Kei, sakit banget rasanya harus menuruti permintaanmu itu. Apakah kamu merasa lebih baik dengan kita yang seperti ini?

Tulis Radit di balik gambar sketsa wajah Keira selepas rapat kepanitiaan sebelumnya.

Acara festival kampus tinggal hitungan hari. Radit mengundang seluruh panitia untuk rapat persiapan, mengevaluasi sejauh mana persiapan acara dan memastikan setiap anggota panitia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

“Tolong tetap jaga pola komunikasi kita, dan kesampingkan segala urusan pribadi yang bisa menghambat kesuksesan tim. Saya mau kita solid sampai acara ini selesai. Jaga kesehatan, jaga semangat, dan tetap kompak!” Ucap Radit menutup agenda rapat.

Selesai rapat, Radit langsung meninggalkan ruangan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Keira. Sejak Keira mengajukan dua permintaan kepada Radit, keadaan di antara mereka berubah. Radit tak lagi sehangat dulu, terutama saat mereka di kampus. Radit berubah menjadi sosok yang dingin kepadanya. Keira tahu ini lebih baik daripada harus terus berurusan dengan Rania, tapi entah kenapa ada perasaan kosong yang tak bisa ia abaikan.

Tak lama Radit meninggalkan kursinua, Rania menyusul di belakangnya. Gadis itu sempat melirik sinis ke arah Keira, yang hanya bisa diam dan menarik napas panjang. Keira sudah terbiasa dengan sikap Rania yang selalu menyinggungnya dengan tatapan atau kata-kata sinisnya.

 “Hasil rapat tadi udah lu catet rapi, kan?” tanya Amel saat mereka bersiap meninggalkan ruang rapat.

Keira masih sibuk mencatat beberapa poin terakhir dalam buku notulennya. “Udah,” jawabnya setelah selesai.

“Ya udah, lu simpen yang bener. Jangan sampe ilang. Kalo sampe ilang, Radit ngamuk bisa repot urusannya.” Amel mengingatkan. Keira tersenyum menyetujui pernyataan Amel.

Tak lama, Tyas datang dan menghampiri Keira. “Kei, Radit titip pesan ke gue. Dia minta lu anter rundown acara yang udah lu susun, sama beberapa file yang dia minta kemarin.”

“Oke, gue anter kemana?”

“Tadi dia bilang ke kantin aja. Coba lu susul ke sana.”

Keira mengangguk dan segera beranjak, membawa berkas yang diminta Radit. Namun, langkahnya melambat saat melihat Radit dan Rania berjalan menuju kantin bersama. Rania tertawa bahagia, sesekali menggamit tangan Radit dengan manja. Keira menelan perih yang kembali menyelusup di hatinya.

Harusnya enggak sesakit ini kalau memang lo udah enggak cinta lagi, Keira.

Come on, Kei. Move on. Lihat dia, dia bahagia!

Lo masih berharap dia peduli setelah sikap dingin yang selama ini lo kasih? Bukankah dua permintaan lo udah cukup memperjelas hubungan kalian?

Sadar, Kei! Radit juga punya perasaan!

Keira meneguk ludah, mencoba menenangkan hatinya. Mengatur napas agar perih di dadanya mereda. Tapi tetap saja, melihat Radit dan Rania bersama seperti itu membuat hatinya remuk.

Akhirnya, Keira memutuskan mengambil jalan lain, memilih rute yang lebih jauh agar tak harus melihat kebersamaan mereka. Sebelum menemui Radit, ia singgah di kedai batagor lalu ke kedai minuman. Saat menunggu pesanannya, telinganya menangkap suara yang sangat familiar.

“Lo masih ada rasa sama Keira?”

Sebuah pertanyaan yang terdengar dari seseorang yang sedang duduk di kursi tepat di belakangnya. Keira yang baru saja memesan segelas cappuccino blend terdiam tak bergeming. Itu suara Rania.

 “Pentingnya apa buat lo tahu perasaan gue ke Keira?” suara Radit terdengar berat.

Lihat selengkapnya