Dekat di Hati

nouveliezte
Chapter #3

Raga [1]

"Kamu tau, 'kan, Ibu gak ngizinin kamu pacaran sebelum lulus kuliah?" tegur ibu Grita dengan tatapan peringatan setelah selesai makan malam.

"Tau, Ibu Mediana," jawab Grita dengan kepala tertunduk. Di hatinya masih bercokol rasa kesal akibat ulah Yohan yang membuatnya berada dalam situasi sulit, walau sesungguhnya sadar sumber masalahnya merupakan dirinya sendiri.

"Ibu serius, Ta."

Grita melirik ke arah ibunya dengan kepala masih tertunduk, "Iya."

"Ibu pengen kamu belajar yang serius. Pacaran itu bisa ganggu konsentrasi. Nanti kalau udah kerja, Ibu gak bakal ngelarang kamu mau pacaran sama siapa aja."

"Gak sama siapa aja juga, Bu. Liat-liat dulu karakter cowoknya bagus apa gak. Kalau nakal, ngeyelan, susah dibilangin, tukang bohong, gak mau kerja keras, gak gigih, cuma bisa mikirin dirinya sendiri, buat apa? Membangun hubungan itu harus yang sehat, bukan yang menyengsarakan," timpal ayah Grita dengan nada suara menentramkan yang sesuai dengan nama yang dimilikinya sejak lahir: Tentrem.

Grita tidak lagi berani menatap ke arah lain selain jari-jari tangannya yang saling tertaut di bawah meja makan. Semua yang dikatakan kedua orang tuanya bukanlah sesuatu yang mampu dibantah. Bahkan jika keinginan membantah muncul di hatinya, bagaimanapun kelihatannya, nasihat mereka merupakan sesuatu yang terlihat sangat benar di matanya.

"Sebentar lagi kelulusan. Belajar yang tekun. Ayah gak nuntut kamu punya nilai terbaik di angkatan. Ayah cuma minta kamu lakukan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu udah punya pilihan mau kuliah jurusan apa?"

"Udah."

"Jangan nunduk terus kayak ayam ngantuk. Angkat kepalanya," tegur ayah Grita yang membuat mereka bertatapan. "Mau ambil kuliah jurusan apa?"

"Pariwisata."

"Udah punya kampus inceran?"

"Udah, tapi kampusnya swasta. Bukan PTN. Apa boleh?"

"Boleh, asal kamu bisa tanggung jawab sama pilihan yang kamu buat sendiri."

Lihat selengkapnya