4 tahun berlalu begitu cepat
Tuhan ialah perencana dan pemberi ketetapan yang baik, tiap detiknya menjadi sebuah perjalanan yang harus dilalui. Bahagia, sedih , tangis, tawa semua menjadi skenario yang telah ia berikan. Masa lalu mungkin jadi batu pengahalang jika terus menerus diijinkan masuk dalam pikiran. Masa depan memang selalu menjadi misteri, bagai sebuah kepingan - kepingan puzzle yang tiap hari harus disusun dan dicari demi memenuhi sebuah rangkaian, yang dinamakan kehidupan.
Suasana di Changi Airport yang merupakan Bandara Internasional Singapura sangat penuh dengan lalu lalang orang dari berbagai negara yang umumnya orang -orang Asia, terlihat dari beberapa orang yang berbicara bahasa inggris dengan aksen melayu. Sebelum melakukan boarding Sita menyempatkan diri untuk mampir membeli Subway, sandwich favorit yang harga lumayan terjangkau untuk negara seperti Singapura. Sita memilih paket hemat yang terdapat sandwich, minuman soda dan satu cookies. Ia memesan pilihan roti parmesan oregano dengan isian bawang bombay, tomat, dan paprika hijau dengan pilihan daging sapi dan saus mustard. Ia kemudian duduk dengan membawa koper yang lumayan besar yang cukup menyulitkan. Dia memakan gigitan demi gigitan sandwich, tidak ada yang berubah sama seperti dulu saat pertama kali ia mencoba sandwich ini. Setelah selesai menghabiskan, ia menyeka bibirnya dengan tissu dari sisa - sisa makanan. Dia kemudian membetulkan posisi cincin yang sudah mulai agak longgar akibat tubuhnya yang agak kurusan, cincin yang dihiasi batu permata kecil dengan desain yang sederhana ini pemberian Valdo. Dia tersenyum sambil mengelus - elus permukaan batu dari cincinnya. "Gue kurusan kayaknya Val" Sita berbicara sendiri dengan cincin pemberian Valdo itu, sepintas ia teringat ketika pertama kali Valdo memberikan itu pada dirinya. Lalu Sita tersadar saat ada orang yang sedang mencari - cari tempat kosong untuk makan, lalu Sita pun beranjak dari mejanya membersihkan sampah - sampah bekas makannya kemudian keluar dari Subway. Jam keberangkatannya masih lumayan lama, akhirnya Sita memutuskan untuk ke Starbucks untuk sekedar menunggu dan ngopi sejenak. Ia kemudian memesan ice Americano, dan duduk sambil membuka Macbooknya dan mendengarkan musik. Tak banyak hal yang ia kerjakan, ketika ia membuka laptop hanya mengecek beberapa pekerjaan yang sudah ia selesaikan dan hanya perlu di perbaiki sedikit.
"Sita" seseorang melambaikan tangannya ke arah wajah Sita, dengan posisi tepat di depan Sita duduk.Sita sedikit agak terkejut dan kemudian melepaskan earphonenya.
Sita kemudian tersenyum, ia mengenali siapa orang yang menyapanya barusan. Diperhatikannya orang ini dari atas sampai bawah dengan kemeja putih dengan membawa koper yang juga lumayan besar, sambil membawa cup Starbucks hot yang Sita sudah paham pasti dia memesan hot caffe latte. Tidak banyak perubahan fisik dari orang ini, sama seperti yang dulu.
"Hey...long time no see, how are you?" Sapa Sita dengan ramah sambil membalas lambaian tangan Dito.
"I'm good How about you?" Balas Dito
"Sangat baik hari ini To, lu mau kemana? Balik ke Indo atau kemanain dari sini?" Tanya Sita yang mulai menutup laptopnya dan menaruhnya di tasnya, sambil melihat beberapa koper bawaan Dito.
Dito kemudian menepikan kopernya supaya dia bisa duduk dengan baik"Balik ke Indo Sit, lu sendiri mau kemana?"
"Gue mau ke Seattle"
Ada jeda lumayan lama setelah Dito mengangguk mendengar jawaban Sita. Rasa canggung menyelimuti dua orang yang pernah dekat dan menjauh, kemudian di pertemukan lagi dengan tidak sengaja.