Seorang laki-laki bermasker tiba-tiba menabrak Cormoran Thalmann, saat masuk ke ruang checkpoint. "Maaf," ujarnya sambil memungut kacamata hitamnya yang jatuh terpental. Cormoran merasakan ranselnya nyaris terlepas dari punggungnya. Tangan laki-laki yang terpeleset dan nyaris terjatuh itu mencengkeram kuat jaket dan kerah kemejanya. Gerakan tubuhnya yang terhuyung nyaris membuat Cormoran terjatuh, beruntung koper merah besar milik Mary sedikit membantunya bertumpu menjaga keseimbangannya.
"Its OK!" Cormoran tak bereaksi apa-apa dan membiarkan insiden itu hanya seperti sebuah kecelakaan kecil biasa, apalagi dalam situasi bandara yang sibuk.
Salju terus turun menjelang akhir tahun ini. Badan Metereologi dan Geofisika--United Kingdom Meteorological Office secara berkala terus menginformasikan perubahan cuaca termutakhir. Namun Bandara Heathrow di bagian barat daya kota London, sekitar 23 kilometer dari pusat kota tak pernah sunyi dari deru pesawat yang bergantian takeoff dan landing.
Pesawat-pesawat mendarat dan lepas landas tanpa kendala berarti. Bahkan, di ketinggian jelajah yang mencapai 30.000 hingga 40.000 kaki, suhu udara yang mencapai sekitar -58°F hingga -76°F setara -50°C hingga -60°C tak juga membuat pesawat membeku. Asalkan prosedur de-icing--untuk menghilangkan es dilakukan dengan tepat.
Pandangan Cormoran teralihkan sejenak oleh display cuaca ekstrem yang tercatat di papan informasi, -40 derajat Fahrenheit, angka yang cukup menakutkan untuk sebagian besar orang. Tetapi bandara ini, seperti juga pesawat yang akan ia naiki, seolah tak terpengaruh. Suhu ekstrem, salju tebal, semua tampaknya hanya menjadi bagian dari rutinitas yang tak terganggu.
Cormoran melangkah dengan tenang, meskipun hatinya terus dipenuhi tanda tanya. Ada sesuatu yang terasa tidak biasa. Sejak keluar dari ruang checkpoint, ia merasakan ada seseorang yang sepertinya sengaja mengikuti langkahnya. Orang itu tidak terlalu dekat, tapi cukup untuk membuat Cormoran merasa terus diawasi. Ia berusaha tetap tidak menoleh, namun perasaan itu kian menguat. Seperti ada sesuatu yang tidak beres.
Namun, ia tidak panik. Cormoran tahu betul bagaimana dunia ini penuh dengan intrik dan jebakan yang tersembunyi di balik wajah-wajah ramah. Ia terus berjalan, menghindari membuat gerakan mencurigakan. Dengan tenang, ia mengamati sekeliling. Orang-orang bergerak dinamis di lorong-lorong halway--koridor bandara, mendorong tas-tas besar dipenuhi dengan hadiah liburan dan perlengkapan liburan, menyatu dengan suasana sibuk menjelang akhir tahun.
Apalagi di Heathrow, salah satu bandara tersibuk di dunia yang merupakan hub utama maskapai British Airways danVirgin Atlantic.
Semua orang tampaknya sibuk dengan urusan pribadi mereka, namun Cormoran tidak bisa mengabaikan satu hal: ada yang salah dengan perasaan ini.
Cormoran hanya tinggal menunggu keberangkatan, segala sesuatunya telah diurus oleh Jeremy asisten Dr. Singh pemilik CellGuard Innovations, perusahaan farmasi raksasa yang fokus pada perlindungan sel dan pencarian terapi kanker yang lebih aman. Tempat dimana Cormoran ditunjuk sebagai Chief Scientific Officer (CSO), yang mengepalai seluruh penelitian dan pengembangan ilmiah perusahaan, termasuk tanggung jawab atas strategi inovasi dan pengembangan produk. Sekaligus juga sebagai Principal Scientist--Ahli senior.
Cormoran mencoba memberi jeda sejenak, sambil mencermati pergerakan. Melirik arlojinya yang menunjuk angka 6.17. Setidaknya masih punya waktu 23 menit lagi sebelum jadwal keberangkatan sesuai dengan yang tertera dalam airline time table, jadwal keberangkatan pesawat pada pukul 6.40. Lalu masuk ke dalam First Class Lounge untuk membatasi akses masuk, mencoba mengalihkan si penguntit, lalu membuka Chromebook-laptop berbasis cloud dengan Chrome OS yang selalu dibawanya untuk browsing atau streaming dengan Mary.