Doni berdiri di ruangan tengah dikelilingi oleh kawan-kawannya. Penampilannya hari ini lebih mirip seorang pelatih tim sepakbola yang akan melakukan pertandingan penting. Wajahnya serius dan tidak satupun yang berani bersuara. Mereka tahu hari ini merupakan salah satu agenda terpenting dalam kegiatan yang akan mereka lakukan di sini.
“Ada yang belum sarapan?” Doni membuka suara. Suaranya terdengar lembut tetapi tegas.
“Semuanya sudah sarapan,” jawab Edi mewakili kawan-kawannya.
“Baiklah kawan-kawan. Kemarin kita sudah mengunjungi tempat-tempat yang akan kita jadikan sasaran kita. Untuk memastikan operasi kita berjalan mulus, kita perlu melakukan simulasi-simulasi terlebih dulu. Ini sangat penting karena agar kita lebih terbiasa dengan siatuasi yang akan kita hadapi nanti.” Doni memandang mereka satu persatu. “Ada pertanyaan?”
Tak satupun yang bersuara. Mereka sudah memahami ini sejak awal.
“Baiklah kalau begitu kita mulai saja. Kita mulai dengan aksi di Donggala karena di sana aksi yang pertama kali kita lakukan. Edi, Bakri, kalian kemari.” Doni memerintahkan Edi dan Bakri agar mengambil tempat disisinya. Dengan patuh dan tak bersuara Edi dan Bakri berjalan menuruti permintaan Doni.
“Aku minta Nina berperan sebagai kasir bank, Saleh berperan sebagai pimpinan bank, dan Andre berperan sebagai satpam. Kalian dengar baik-baik instruksiku. Aku harus mengulanginya lagi. Pertama kali Edi masuk ke ruangan dan mengamati keadaan. Di sini Edi harus memastikan bahwa pengunjung sudah kosong dan ia adalah nasabah terakhir. Pada saat ia sendirian, Bakri masuk dan kalian harus menggertak satpam dan kasir. Sekarang kalian coba peragakan.”
Edi, Bakri, Saleh dan Nina segera mengambil ancang-ancang seperti yang diminta oleh Doni.
“Mulai,” seru Doni memberi aba-aba.
Dengan penuh gaya Edi memasuki pentas drama dengan ciri khasnya yang tenang dan terkendali. Ia mengenakan jaket dan di pinggangnya terselip sepucuk pistol replika. Ia berjalan menghampiri Nina yang sedang duduk menatap komputer khayalannya. Di belakang Edi, Bakri mengikutinya dengan wajah tegang.
Nina menatap Edi dan menebar senyum khasnya. Terjadi perbincangan singkat diantara mereka sampai akhirnya Edi mengeluarkan senjata yang terselip dipinggangnya.
“Kalian mundur ke belakang dan berbaris dengan teratur atau aku tembak! Ini perampokan!” seru Edi dengan mimik serius. “Mundur kataku! ” Edi mendorong Nina dan Saleh mundur dengan kasar sambil mengarahkan pistolnya tepat ke arah mereka. Melihat suasana yang terjadi Andre yang berperan sebagai satpam berjalan dengan cepat menghampiri Edi namun langkah-langkahnya harus dihentikan oleh Bakri yang sedang mengarahkan pistol kearahnya.
“Diam di tempat!” teriak Bakri menghentikan langkah-langkah Satpam Andre. Kemudian ia melempar borgol yang telah disiapkan ke arah Andre. “Borgol tanganmu. Borgol tanganmu ke belakang!”
Doni menatap mereka dengan kagum. Saat ini ia tidak sedang melihat Edi dan Bakri—dua petugas kebersihan kebun binatang yang sedang mengikuti casting seni peran pertama mereka—melainkan Al Pacino dan John Cazale yang sedang melakukan perampokan bank dalam film Dog Day Afternoon.
———