"Maaf pak, walau bapak terus memaksa, tetapi maskapai kami lebih mementingkan faktor keselamatan. Kami akan menunggu hingga cuaca kembali normal."
"Tapi mbak, saya ada meeting malam nanti."
"Maaf bapak, tetap tidak bisa."
"Gimana sih, payah. Saya mau uang saya kembali!"
"Mohon maaf pak, pengembalian biaya belum bisa kami berikan. Sebagai gantinya, kami akan menyediakan makanan ringan yang bisa bapak dapatkan di lounge kami."
"Nggak mau! Saya mau cari maskapai lain!"
"Mohon maaf pak, tidak bisa."
Citra memperhatikan kekesalan bapak-bapak berkumis dengan badan buncit yang ditutupi kaos polo dan celana jeans dan menggunakan sepatu olahraga yang warnanya mencolok. Berkali-kali ia memaksa kepada petugas untuk tetap memberangkatkannya sesuai jadwal. Namun petugas tetap tidak memberikannya izin karena cuaca buruk yang masih terjadi.
Bukan hanya bapak-bapak ini yang memaksa, Citra yang masih dalam antrian pun melihat ada beberapa orang yang juga marah-marah kepada petugas. Citra sebenarnya kesal dengan keadaan delay ini karena membuatnya waktunya menjadi lebih lama untuk bertemu dengan mendiang ibunya, tapi pemikirannya masih rasional karena kejadian mengerikan di pesawat tadi.
Citra tidak tahu apa yang ada di pikiran para penumpang yang masih nekat terbang ini.
***
"Selamat sore ibu, bisa saya cek Boarding Pass nya?"
Akhirnya sampailah Citra di depan loket antrian. Citra lantas memberikan Boarding Pass miliknya.
Petugas itu memeriksa Boarding Pass miliknya dengan teliti, hingga akhirnya sang petugas menyampaikan keadaan yang sebenarnya kepada Citra,
"Selamat sore Ibu Citra, mohon maaf sebelumnya. Perihal penerbangan ibu selanjutnya, akan terjadi delay disebabkan cuaca yang masih tidak mendukung."