Citra merasa laki-laki itu terus melihatnya, ia yakin karena dirinya juga sesekali melihat ke arahnya. Dirinya masih cinta kepada Bara, tapi Citra merasa tidak keberatan jikalau laki-laki itu mendatanginya dan duduk di kursi kosong persis sebelahnya karena Citra merasakan kesepian dan membutuhkan teman untuk mengobrol.
"Huuuuh.. Dasaar...."
Seorang wanita langsung duduk di kursi yang Citra kira laki-laki itu lah yang akan mendudukinya. Wanita yang menggunakan kacamata hitam, memakai baju dan outer berwarna selaras dan dipadu oleh sebuah scarf yang melilit di lehernya. Wanita ini menjinjing sebuah tas dengan merek yang tertulis jelas dan Citra tahu itu adalah merek yang mahal.
Kaki wanita itu langsung menyilang di antara kaki yang lainnya lalu wanita itu membuka ponselnya dan menelepon seseorang.
"Yadi, saya kena delay di sini. Nanti kalau saya sudah take-off saya telepon kamu lagi."
Tanpa tergesa-gesa wanita ini langsung menutup teleponnya.
Di pikiran Citra wanita ini bukanlah wanita biasa, dandanannya yang necis dan terlihat sibuk, Citra menduga dia adalah istri dari seorang pejabat, atau dialah pejabatnya? Entahlah...
***
"Sudah berapa lama nunggu mbak?" ujar wanita itu yang tanpa sungkan bertanya kepada Citra.
"Kira-kira setengah jam."
"Lama juga ya?"
Citra tersenyum tipis, mungkin wanita ini baru mendapatkan kabar delay.
"Nggak ambil makanannya mbak?" tanya Citra yang mencoba bertanya karena wanita ini sama sekali tidak membawa apapun benefit dari lounge.
"Nggak mbak, soalnya saya tahu apa isi makanannya." jawab wanita ini sambil membuka kacamata hitamnya.
Citra kembali tersipu.
"Pasti ada nasi, ayam atau daging, sayuran, dan kalau beruntung bakal dapat buah." jawab wanita ini sambil melihat bentuk nasi kotak milik Citra.
Citra diam saja, ia tahu tebakkan wanita ini tidak sepenuhnya benar. Tapi dugaannya kalau dia orang yang penting yang sering naik pesawat ada benarnya.
"Benar enggak mbak tebakkan saya?"
"Ben.. Benar mbak.." jawab Citra pelan.
Wanita itu melempar senyum dan kembali menatap layar ponselnya.
"Sepertinya sudah sering kena delay ya mbak?" tanya Citra.
"Bukan sering lagi mbak, kalau naik maskapai ini, pasti ada aja masalahnya."
Citra mencoba meresapi perkataan wanita ini.
"Tapi untungnya bisa nunggu di sini. Biasanya bakal ditelantarkan begitu saja di luar."
"Kalau begitu kenapa mbaknya naik maskapai ini?"
Wanita itu melihat penuh Citra, sepertinya kaget mendengar pertanyaan menaik itu.
"Saya telat pesan, makanya saya cuma dapat yang ini."
Citra mengangguk paham, ia tidak mau membuat wanita ini menjadi tidak nyaman.
"Kalau jauh-jauh hari saya teringat pesan, saya bakal order maskapai lain. Harga enggak masalah buat saya sebenarnya."
Dari tutur kata yang ia ucapkan membuat Citra semakin yakin kalau tebakannya itu benar.
"Kalau mbak? Kenapa naik ini?"
"Sa.. Saya sama kok masalahnya sama mbak. Telat pesan juga."
Wanita itu pun tertawa untuk pertama kalinya.
"Kadang ada saja ya mbak kejadian yang enggak terduga. Tiba-tiba harus terbang saja begitu."