Delapan tahun kemudian – Rumah Sarah
"Halo?"
"Halo?"
Setelah melihat rangkaian foto-foto di laptop yang menguras emosinya, Sarah memberanikan diri untuk menelepon anaknya untuk pertama kali. Entah apa yang ada dipikirannya sehingga ia bisa nekat seperti ini.
"Halo?"
Ini jelas suara Rangga, suara yang mulai berat karena masa pubertas yang mungkin sedang ia jalani. Sarah asal menebak lantaran tidak pernah melihat perkembangan anaknya yang mungkin sekarang sudah menginjak masa remaja.
"Rangga?"
"Iya betul, ini siapa?"
"In.. In.. Ini mama nak." jawab Sarah gugup.
"Mama? Mama Sarah?"
"I.. Iy.. Iya nak."
Entah balasan apa yang akan Sarah dapatkan setelah ini, Sarah sudah siap betul dengan segala kemungkinannya, dari makian hingga hinaan. Ia merasa bisa menerimanya.
"Mama apa kabar?"
Ternyata tidak ada umpatan yang Sarah dapatkan, Rangga bertanya Hal yang sangat wajar.
"Mama baik nak, kamu gimana?"
"Rangga baik juga ma. Mama di mana sekarang?"
Suara Sarah perlahan memberat, matanya memerah, sesaat air mata jatuh membasahi pipinya. Anaknya masih perhatian kepadanya.
"Mama di luar Jakarta nak sekarang. Ka.. Kamu... Sudah ke..Kelas berapa sekarang?"
"Rangga sudah SMA sekarang ma."
Sarah terdiam sambil membayangkan keadaan Rangga sekarang. Dari yang ia tinggalkan ketika masih sekolah dasar, hingga Rangga berbicara sendiri kalau dirinya sudah SMA.