Mereka berdua mendudukkan si lelaki dewasa di kursi yang terjatuh dan mengikatkan tubuhnya pada pagar tangga. Kepala lelaki itu masih menunduk.
“Nah, Nak. Bisa saja kau lupa, namaku Mindu, panggil saja Bibi Mindu. Ini anakku Rakurr, panggil dia Kurr,” dia menengok ke si lelaki yang tertunduk di kursi, “Ini ayah Kurr. Tapi, kami sudah lama berpisah. Yah, dia memang sering berkunjung ke sini dengan cara seperti ini.”
“Ibuku memanggilnya si pencuri,” sahut anak lelaki kurus yang masih memegang tombaknya.
“Kurr.”
“Dan aku memanggilnya si pemabuk.”
“Kurr!”
“atau dia saja.”
“Nah, kalian berdua pasti sangat lapar, duduklah di sini bersama-sama.” Bibi itu tersenyum dan berbalik ke dapur, seakan peristiwa barusan adalah peristiwa biasa.
Anak laki-laki di depannya memandang tajam dan menyelidik. Kiranya anak itu seumuran dengan Delmina atau lebih tua sedikit. Rambutnya dipotong pendek dan mencuat. Beberapa jahitan di celananya bertambal. Bajunya putih kusam berlengan panjang, lalu ditambahi rompi marun berbulu. Selebihnya Delmina tidak mampu melihat, karena anak itu memberikan tatapan setajam mata tombak. Delmina menunduk menatap lantai. Tatapan seperti itu membuatnya bertambah lapar.
“Kau. Siapa kamu? Dari mana asalmu? Sudah berapa lama di sini? Ma menolongmu dari sesuatu?” Kurr menautkan lengannya di depan dada. Tampang menyelidiknya tidak meragukan. Delmina diam membatu, bahasa jemarinya mungkin tidak membantu. Lagipula tangannya sedang sibuk memegang perut.
“Kau kuat juga memukul si pemabuk ini. Terlatih menyakiti orang ya?”
Delmina menaikkan kepalanya.
“Berarti tidak tuli.”
Delmina menunduk lagi, pertanyaan apa itu tadi. Lalu suasana hening, kecuali suara kesibukan di dapur. Tiba-tiba saja di depannya mampir ujung tombak.
“Aachrrhs..hrttt..ssssshhh..!”
Delmina membelalakkan mata, dia baru saja mengeluarkan suaranya karena Kurr telah mengayunkan tombak di depan wajahnya. Sedangkan Kurr pun mengalami kebingungan akibat tindakannya. Bibi Mindu datang terburu-buru menaruh mangkuk besar yang beruap ke atas meja.
“Suara apa itu tadi?” Bibi Mindu menoleh ke sekeliling ruangan dan berakhir dengan memelototi Kurr.
Kurr seakan kehilangan kata-katanya, hanya mengarahkan dagu pada Delmina.
“Dia masih sakit Kurr, jangan menanyainya terus.”