“Byurr!”
Guyuran air seketika menghantam tubuh Delmina. Delmina berbalik setelah berteriak cukup kencang, terpakumerasakan basah menembus pakaiannya dan dingin menyergap kulitnya. Di depannya Kurr sedang menatap tanpa iba. Tangannya menenteng sebuah ember, “Selamat datang di tanah pertanian Nirmala yang terlantarkan, di mana orang-orangnya terbiasa mandi sebelum terang.” Kurr mendelik ke tanah basah di kaki Delmina, seketika menjauh begitu saja, tidak menambahkan kata-kata lagi atas apa yang dilakukannya barusan.
Sekarang apa yang harus dilakukannya? Bagaimana ia bisa masuk rumah dalam keadaan basah? Tapi, Delmina tidak perlu memikirkan terlalu lama, karena jauh di seberangnya Bibi Mindu berdiri terpana di depan pintu rumah sembari menutup mulut.
[ ]
“Menurutku juga begitu Mindu, ia baik-baik saja. Sudah ada yang memeriksamu, bukan?”
Delmina mengangguk.
Bibi Russ datang untuk memeriksa ‘suara’ Delmina akibat laporan Bibi Mindu. “Berapa kali?” tanya Bibi Russ lagi. Delmina tidak bisa memastikan, empat atau lima kali seingatnya. “Dan menurutku mereka lebih ahli dibanding aku,” kali itu ia menatap Bibi Mindu yang masih penasaran.
“Coba Nak, berusahalah menyampaikan ‘a-pa ka-bar’ kepadaku,” Bibi Mindu mengarahkan wajahnya tepat di depan wajah Delmina. Mau tak mau, Delmina membuka mulutnya, “Keraaryyttkal.”
“Pefooeiews hshdoihso.”
“Aaarrrrrrrr aaalhhgtr.”
Sekali lagi Bibi Mindu mendekatkan wajahnya ke mulut Delmina, yang membuat Delmina mau tak mau merasa lucu menatap hidung dan pipi Bibi Mindu yang jatuh.
“Mengapa bisa beda begitu?”
Delmina menggeleng sambil melirik Bibi Russ seakan ada bantuan dari sana. Dia juga tidak paham mengapa apa pun yang dikatakannya bisa berubah-ubah, ia tahu orang-orang merasa nyaman mengeluarkan kata-kata yang sama berulang-ulang, sementara ia membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk merasa nyaman mengeluarkan kata eh suara yang berulang-ulang tidak sama.
Bibi Mindu segera menjauhkan wajahnya karena terlontar ide. “Atau, bagaimana kalau—apa itu tadi— ‘araga-aragah’ kita maknai saja sebagai apa kabar?” tapi sepertinya tidak ada yang sepakat. Bibi Russ melipat tangan di depan dada dengan kening berkerut, sementara Delmina memandang Bibi Mindu dan Bibi Russ bergantian. Dua perempuan dewasa yang berkawan baik. Entah bagaimana, tahu-tahu saja, muncul ingatan tentang Nyonya Rule dan Nyonya Wipa yang tidak pernah benar-benar akrab.
[ ]
“Byuuur!”
Salah siapa coba, kalau pagi-pagi buta Delmina sudah mandi tapi tetap diguyur air dingin. Kali ini bocah dengan mata garang itu menyudutkan Delmina dengan perkataan sinis, “perempuan di sini tidak berdandan cantik untuk berkebun.” Lagi, Kurr tidak peduli dengan tampang dan reaksi Delmina. Dia hanya mengatakan apa yang ia mau dan bergegas pergi.