Lelaki itu meninggalkan tanah pertanian Nirmala dengan terseok-seok. Dia berkata suatu saat akan mampir kembali untuk menyampaikan maksudnya. Setelah itu, Bibi Mindu dan Bibi Russ sedikit berdebat tentang Tuan Tota. Bibi Mindu bertanya mengapa kawannya itu tidak tahu bahwa ada seseorang yang mencari Delmina? Apa maksudnya sudah belasan tahun? Bukankah Delmina baru saja mereka temukan? Mengapa Delmina tidak mengenalnya? Dan banyak lagi cerocosan Bibi Mindu kepada Bibi Russ yang hanya ditanggapi dengan gelengan kepala Bibi Russ. Mereka hampir melupakan kejadian rumah ayam, sampai Kurr menegur ibunya, “Ma, sudah senja. Malam ini Kurr akan berjaga-jaga di rumah ayam itu. Semoga saja tidak ada titik api lagi.” Kurr berbalik, sama sekali tidak tertarik dengan urusan Delmina, melihat Delmina pun enggan. Bibi Russ bergegas pulang, “Aku akan minta anak asuhku kemari untuk menemani Kurr malam ini.” Atau mungkin itu cara Bibi Russ menghindari pertanyaan Bibi Mindu.
[ ]
Malamnya Delmina melihat dua lelaki muda dengan perawakan lebih besar dari Kurr berada di sekitar rumah ayam. Mereka membawa tenda, pertanda akan menginap di sana. Bibi Russ juga menginap di rumah. Apa Delmina harus pergi lagi dari tempat itu? Setelah kedatangan Tuan Tota, ada rasa khawatir meninggalkan tempat itu. Delmina sudah merasa nyaman bersama Bibi Mindu. Bibi Russ pun sama baiknya. Padahal awal Delmina datang ke tempat itu, ia diliputi kecemasan dan keinginan untuk pergi saja. Apalagi anak Bibi Mindu itu tidak menyukai. Kurr selalu menatapnya sinis. Kalau pun ia baik, itu pasti karena permintaan ibunya. Terakhir ada seorang anak yang baik padanya, ternyata punya niat menyingkirkannya.
Delmina mengambil alat gambarnya dan membuat coretan. Dia cukup lega bisa membuang gelisahnya melalui pena ketika tidak ada satu pun orang mampu menjadi tempat bercerita. Lama kelamaan Delmina menangis, menjatuhkan air matanya ke sebuah gambar rumah. Dia sudah sebelas tahun kini, dan tidak tahu harus apa. Pelan-pelan Delmina beranjak menuju jendela berpalang rusak. Lewat celahnya ia bisa melihat sungai tempat ia ditemukan. Apa yang sebenarnya terjadi malam itu? Mengapa aku bisa hidup? Mengapa tidak mati saja? Pertanyaan yang sebelumnya tidak ingin ia munculkan, akhirnya keluar juga. Mungkin besok atau besoknya, ia ingin melihat sungai itu dari dekat.
[ ]
Sisa-sisa peti kayu berbentuk kubus itu sudah disingkarkan. Delmina tidak lagi tahu di mana posisi tepatnya ia ditemukan dan bagaimana bisa berada di dalam perahu. Dia hanya melihat sungai yang indah, dengan alirannya yang cukup deras. Ada jala dan tombak Kurr di tepi. Batu-batu menghiasi perjalanan sekitar sungai. Ada hutan yang menutupi pemandangan, hutan yang tidak menakutkan. Delmina ingat, betapa dulu ia sangat ingin menceburkan diri di air seperti danau atau sungai bersama Askun. Kini, ia hanya bisa memendam rindu tentang Askun, tapi tidak bermain air bersamanya.
Bibi Mindu dan Bibi Russ juga tidak pernah memaksanya mengingat apa pun. Tulisan yang Bibi Mindu pinta pun belum ia wujudkan. Kurr, sebagai guru dadakannya saja sama sekali tidak peduli.
“Kau berasal dari Wilayah Keberanian, benar?”
Aduh, Delmina tersentak kaget. Dia baru saja memikirkan Kurr, masak kan anak itu bisa tiba-tiba muncul.
“Aku bisa mengambil tombakku dan memaksamu menjawab.”