Delmina dan Sang Pembaca

lidhamaul
Chapter #15

#15. Tota Bercerita

Sepanjang jalan Bibi Russ menceritakan keadaan Wilayah Kemakmuran, apa yang mereka lihat, tempat dan rumah serta siapa sosok yang mereka temui di jalan. Mereka bertiga menaiki kereta. Bibi Mindu, seperti biasa hanya di rumah saja. Sejak dari pertanian Nirmala hingga tanah itu tak nampak lagi, jalan yang mereka lalui masih sepi, setelah itu barulah nampak rumah satu persatu. Bibi Russ yang terkenal, siapa saja yang melihatnya akan menyapa atau melambaikan tangan. Setiap rumah yang Delmina lihat, selalu saja ada kebun atau ternak. Makin jauh jarak yang ditempuh, makin terlihat banyak rumah. Sungai yang tadi menghilang, terlihat lagi di sisi jalan. Mereka juga melewati jembatan besar yang indah sekali. Delmina terpukau. Orang-orang Kemakmuran berpakaian lebih sederhana dibanding di Wilayah Keberanian. Kebanyakan anak laki-lakinya membawa tombak ke mana-mana dan anak-anak perempuannya mirip seperti Delmina, tidak berpakaian mewah dan banyak bermain di luar. Banyak rumah bertutup hijau. Delmina tidak tahu tanaman apa saja itu, tapi rumah mereka sungguh cantik. Kereta melaju lagi melewati pematang sawah. Ini pertama kali bagi Delmina melihat sawah. Sepertinya sepanjang jalan ia akan terpukau. Ada taman bermain di bukit-bukit kecil dan anak-anak kecil bermain perosotan di bebukitan itu. Betapa girang Delmina memandangnya.

Bibi Russ meminta mereka menunggu, sementara ia turun ke sebuah rumah mungil. Seorang anak remaja keluar dan melambai ke Kurr. Rupanya itu rumah Bibi Russ. Memang kecil sih dan tanpa pekarangan. Pemandangan selanjutnya berganti dengan peternakan berlantai lapangan hijau. Luar biasa.

Akhirnya mereka memasuki keramaian dan di sanalah kereta berhenti. Delmina memandang sekelilingnya. Banyak rumah tinggi dengan tanaman sayuran memenuhi dinding. Seorang perempuan menurunkan keranjang dan seorang lagi memasukkan brokoli ke dalamnya. Sayuran dan buah-buahan hilir mudik di depan Delmina. Orang-orang melakukan transaksi di berbagai macam area. Di lain area, kolam-kolam ikan berderet dan terdengar suara orang saling tawar. Delmina berbalik saat mendengar suara orang yang sangat mirip dengan suara Tuan Romun. Tapi, Delmina meyakinkan dirinya telah berhalusinasi karena tak melihat sosok yang dimaksud.

Bibi Russ kembali dari penantian Delmina dan Kurr, sembari memperlihatkan hasil bayaran talam labu Bibi Mindu. Bibi Russ bertanya apa Kurr berniat membeli kebutuhannya dan Kurr menggeleng. “Akan kubelikan penyubur tanaman, kita harus panen sebelum musim hujan tiba,” kemudian Kurr menghilang. Bibi Russ mengizinkan Delmina melihat sekeliling, asal tidak jauh dari pandangannya dan tidak melepas gelangnya sekali pun. Delmina menuruti, ia masih terkesima dengan suasana di sekitarnya. Seorang nenek menjulurkan timun padanya dan ditanggapi dengan gelengan kepala. Nenek itu tersenyum dan menyentuh tangan Delmina seraya mengangsurkan timun, rupanya ia memberikannya gratis. Dia melihat sayur mayur yang tidak pernah dijumpainya, tomat-tomat berwarna hitam, cabai berwarna-warni, jagung pelangi, semuanya segar layaknya baru dipetik. Timun yang diberikan nenek itu rasanya lebih manis dan sempurna segarnya.

Tuk!

Seseorang telah menyenggolnya sehingga timun itu terlontar ke jalan. Delmina terperanjat ketika melihat sorot mata besar garang di depannya. Yuri!

“Kita pernah bertemu bukan? Kau tidak berniat menyapaku?”

Delmina mencari Bibi Russ, tapi sepertinya masih membeli benih.

“Tanganku masih perih lho bekas gigitanmu.” Dia mengulurkan tangannya, tapi tidak terlihat bekas gigi Delmina.

“Mana anak lelaki Mindu itu?” tanyanya mendekatkan wajah mulusnya.

Delmina ingin sekali mengeluarkan kata-kata anehnya, tapi menahan diri agar tidak menarik perhatian.

“Kau bisu?” Yuri menengok kanan dan kirinya untuk memastikan tidak ada orang lain mengamati mereka. Kemudian ia mengangkat dagu Delmina dan ditepis Delmina dengan gusar.

“Kau ini punya nyali juga! Katakan pada bocah lelaki itu, ayahnya berutang banyak padaku dan ia harus melunasinya. Dia dan ibunya!” Yuri menatap marah, menyiratkan kemarahan itu adalah pesan yang harus disampaikan pula oleh Delmina.

“Kau bisa mengulanginya?” tanya Yuri.

Delmina bergeming tapi bahunya sudah naik turun.

“Jawab! Kau tuli apa bisu sebenarnya?! Aku tidak suka ada anak-anak yang tidak sopan padaku. Apa perlu rumah Si Mindu itu yang harus kuratakan lagi?! Whusss,” Yuri menirukan suara angin dan membuka kedua tangannya sejajar.

Sebenarnya Delmina hanya ingin bertanya, “apa kau yang membakar rumah ayam?” dengan gerakan tangannya, tapi lidahnya juga bergerak-gerak geram, “Weoioefjwpewofpuuh.”

Yuri terkesiap. Dia memundurkan wajahnya dan memajukan telinganya, “Apa itu tadi? Kau mengolokku? Hah! Kau mengolokku! Kau sedang mengatai-ngataiku!” Kali ini ia mencubit dagu Delmina dengan keras, “Ulangi! Cepat ulangi!”

“Yuri. Lepaskan dia. Dia hanya anak-anak. Uhuk!”

Seorang lelaki tua dari arah tak terduga mendekati mereka. Delmina menarik wajahnya menjauh. Dia melihat Tuan Tota bertongkat sedang tersenyum samar. “Uhuk. Maaf, aku sering batuk akhir-akhir ini dan suaraku jadi aneh.”

Lihat selengkapnya