Delmina dan Sang Pembaca

lidhamaul
Chapter #18

#18. Keberangkatan

“Oh, aku tidak tahan lagi. Kurr pun ikut-ikutan menyiapkan kepergianmu dan dirinya, yang benar saja!” Bibi Mindu menyampaikan kekesalannya di depan Delmina dan gadis kecil itu membuat ekspresi senyum seraya menarik bibir Bibi Mindu ke atas. “Apa aku kurang santai menghadapi ini?” tanyanya dan dibalas anggukan Delmina.

“Apa kau takut, karena keberangkatanmu sudah disiapkan?”

Delmina mengangguk lagi.

Bibi Mindu segera memeluk Delmina. “Kau adalah pasangan terbaikku di dapur. Aku pasti akan merindukanmu. Tapi melepasmu dan juga Kurr untuk waktu yang tidak kuketahui bukan hal mudah.”

Kurr berkata pada Bibi Mindu, bahwa ibunya bisa menganggap sedang melepas anak-anak untuk tinggal di asrama Taruktu, asrama untuk anak-anak yang telah lulus ujian sekolah dasar di Taruktu dan melanjutkan Sekolah Kesempatan Mandiri satu-satunya di Taruktu. Ucapan itu ada benarnya, sehingga membuat Bibi Mindu perlahan dengan ikhlas bisa menerima situasi tersebut.

Dua hari sebelum keberangkatan, Tuan Romun datang bersama putrinya dan seorang bocah laki-laki. Hati Delmina menciut melihat anak laki-laki yang sudah bertambah tinggi itu. Askun. Rambutnya lebih panjang dan diikat, sedikit berbeda dari Askun yang Delmina kenal. Anehnya, Delmina sungkan menyapanya, ia hanya berdiri dari kejauhan memandang Askun yang sibuk dengan keretanya dan bercanda dengan kakaknya.

Askun masih semanis itu, tapi itu bukan Askun yang kukenal, pekik Delmina dalam hatinya. Askun bahkan tidak mendekat ke rumah Bibi Mindu dan tak lama ia pergi atas permintaan Tuan Romun. Askun bahkan tidak menyapanya. Itu membuat hati Delmina kebat-kebit dan gagal memusatkan perhatian terhadap apa pun. Tuan Tota menyerahkan kunci rumah ayam dan terus meyakinkan Bibi Mindu agar mengizinkan Delmina pergi bersamanya. Lama kelamaan Bibi Mindu pun bisa luluh. Tentang Tuan Romun yang tidak disangka-sangka, Tuan Tota lebih banyak merenung, sampai akhirnya ia berkata, “jika kau memaksa ikut ke suatu tempat yang bahkan kau tidak tahu, baiklah. Sertai saja kami. Tapi, jangan paksa aku menceritakan alasannya.”

Tuan Romun merasa puas, “Tidak masalah. Nah, besok aku akan meminta putraku menyiapkan keberangkatan kita semua,” ucap Tuan Romun yang keras kepala. Sampai ia menyadari Bibi Mindu tidak ikut menyertai keberangkatan mereka.

“Apa-apaan! Delmina butuh Anda untuk mendampinginya!” ujar Tuan Romun terkejut.

“Tidak Tuan. Sekarang aku berpikir mungkin Delmina akan nyaman jika ada Anda bersamanya. Aku selalu di sini menjaga tanahku,” tutur Bibi Mindu gelisah.

“Omong kosong. Tanahku banyak dan sering kutinggalkan,” balas Tuan Romun setengah sombong.

“Kita punya cerita yang berbeda Tuan.”

“Apa karena mantan suamimu dan si Yuri itu?”

 “Anda banyak mencari tahu rupanya.”

“Menurutku rumah ini perlu diberi pengaman, tanah ini perlu diberi pagar sekelilingnya, dan pagar-pagar berduri,” saran Tuan Romun.

Bibi Mindu dengan enggan menanggapi, “Aku belum memiliki biaya besar untuk itu.”

“Siapa yang mengatakan kau harus membiayainya?” ucap Tuan Romun tersinggung.

[ ]

Esoknya dua puluh pria pekerja datang ke pertanian Bibi Mindu. Mereka membawa peralatan, bahan, dan bertanya pada Bibi Mindu apa saja tugasnya.

“Orang kaya gila! Aku pikir Tuan Tota itu sudah bertindak seenaknya. Sekarang ada yang lebih gila,” pekik Bibi Mindu tak percaya. Sementara Bibi Russ yang baru datang tertawa terbahak-bahak. “Delmina memang tidak salah pilih tetangga. Dia memang sangat kaya raya,” kata Bibi Russ seraya mengacungkan jempol ke Delmina yang juga tersenyum lebar. Delmina tahu Tuan Romun orang yang kaya tapi ia tidak tahu seberapa banyak kekayaan Tuan Romun, ia juga tidak memilih tetangga karena memang tidak ada lagi tetangganya saat itu, kecuali keluarga Romun.

“Mau jadi apa pertanianku ini?” Bibi Mindu melempar pertanyaan entah ke siapa.

“Waw, apa kita berutang padanya Ma?” tanya Kurr yang juga terperanjat. Tuan Romun segera menyodorkan surat perjanjian pekerjaan, tugas-tugas para pekerja dan berkata, “Tidak. Kalian tidak berutang apa pun padaku, sekali pun balas budi. Aku ingin agar kau bisa ikut bersama Delmina.”

Berulang kali Bibi Mindu menyatakan itu tak mungkin, berulang kali juga Bibi Russ memaksanya pergi. “Sekali seumur hidupmu pergilah menjejakkan kaki di luar sana.”

[ ]

Tepat di hari keberangkatan, semua orang tampak sibuk. Delmina tidak menyangka akan pergi bersama Askun. Lucunya, mereka berdua belum bertegur sapa. Askun sangat lincah menaiki kereta, mengecek kesiapan keberangkatan mereka, sementara Delmina hanya bisa menikmati pemandangan itu sambil tersipu.

Delmina melihat Bibi Russ mendekati Tuan Tota dan bertanya, “Berguna bagi Taruktu? Itu yang sedang Anda pikirkan?”

Tuan Tota hanya menjawab, “Aku sedang memikirkan mengapa harus berguna bagi Taruktu, mengapa bukan berguna bagi Delmina saja. Tapi, pesan selanjutnya pun sama anehnya.” Mereka kemudian terlibat pembicaraan lain.

Bibi Russ akan tinggal di rumah Bibi Mindu sementara waktu. Bibi Mindu sendiri masih gelisah ketika akan berangkat. “Apa cuma aku yang tegang, sementara yang lain merasa berwisata?”

Kurr pun dengan santai menjawab, “Benar sekali. Hanya Ma saja.”

Tuan Romun menyerahkan semua tanggung jawab pekerjaannya kepada Serrpa termasuk mengawasi tanah pertanian itu.

Lihat selengkapnya