Kendaraan lapis baja berhenti dengan hentakan keras. Suara mesin mereda, berganti dengan bisikan angin Xous yang membawa aroma logam terbakar. Pasir dan debu jelas beterbangan, membuat sesak jika mereka melepaskan masker.
“Keluar! Formasi Delta!” Suara Mesi Menez menggema.
Pintu belakang terbuka, kabut merah muda langsung menyergap. Aruna terbatuk kecil saat menginjak tanah berpasir. Di kejauhan, suara dengung rendah terdengar—seperti kawanan lebah raksasa. Sama seperti suara badai yang Aruna pikirkan waktu itu. Tangan Aruna sedikit gemetar membawa beberapa lusin tabung. Diserahkannya selusin pada Axelle, selusin untuk Letnan Leo dan satu lusin lagi untuk Coelho.
Zephyr mengeluarkan peta hologram, menunjuk pada titik biru berkedip. “Aktivitas avral terdeteksi di sektor 7. Perimeter kita hanya seratus meter di belakang.”
Axelle menyalakan senjatanya, suara klik tegas memotong hening. “Delta, fokus. Jangan lengah!” Mata hijaunya melirik ke arah Aruna. “Dan kau, jangan berusaha jadi pahlawan.”
Aruna menelan ludah, meraih kotak logistik kecil yang dibebankan padanya. Jari-jarinya terus gemetar. Namun saat menoleh, ia melihat Zephyr memberi anggukan tipis seolah berkata, Tenang, kau bisa.
Tiba-tiba, tanah di depan mereka bergetar. Retakan terbuka, lalu dari dalamnya menyembur cairan kuning lengket. Dari kabut, siluet-siluet tinggi dengan tubuh dipenuhi duri runcing muncul—avral.
“Kontak visual!” Husain segera mengokang senapan keduanya kemudian membidik.
“Drone aktif.” Coelho melempar unit kecil ke udara, yang langsung menyala dengan sayap logam berputar.
Mesi mengacungkan tangannya. “Delta, serang—formasi Beta!”
Aruna menahan napas. Suara ledakan pertama menghantam telinganya, dan detik itu ia sadar—ini bukan lagi latihan, bukan lagi kesalahan administratif. Ini perang.
Zephyr menarik Aruna untuk duduk di sampingnya, dekat pintu mobil baja. “Ini, sih… tidak akan lama,” ujar Zephyr santai sambil melirik monitor laptop kotaknya dengan santai.
Aruna melihat beberapa titik merah di layar Zephyr. Ada juga titik-titik biru yang sepertinya menandakan lokasi para anggota Delta. Aruna mencocokkan posisi di layar dengan posisi sebenarnya para anggota. Zephyr berdiri sebentar mengambil minuman di dalam mobil. Aruna melihat pergerakan di layar. Kabut merah tiba-tiba terbentuk dari arah atas layar.
“Coelho … arah jam 12!” teriak Aruna di radio komunikasi.
Coelho yang berada tak jauh dari Aruna menoleh. Bukan Zephyr yang berbicara. Namun saat ia melihat kembali tangkapan kamera drone-nya, Coelho menembakkan seluruh amunisi yang ia punya.
Aruna kembali melihat layar. “Axelle! Coelho butuh bantuan!”
Axelle melihat sekumpulan avral berada di bawah drone Coelho. Segera ia membidik para avral itu dan melemparinya beberapa granat hingga suara ledakan besar menggema. Drone Coelho terlempar dan hampir tidak bisa dikendalikan.
Ketika Zephyr kembali dengan minumannya, asap dan debu mulai menutupi udara sekitar rantis. Zephyr melongo dan buru-buru memelototi laptopnya.
“Bagus, Zep! Drone-ku hampir habis!” teriak Coelho yang berlari mendekat. “Aruna … amunisi baru!”
Aruna yang sedari tadi melihat layar laptop Zephyr langsung bergegas membuka koper dan mengambil beberapa tabung kecil yang disusun rapi. Ia berlari menghampiri Coelho dan menyerahkannya.
“Thanks!” seru Coelho dan buru-buru mendaratkan drone dan memasukkan tabung ke dalam senjata.
Ledakan terakhir belum benar-benar padam ketika tanah di depan mereka bergetar. Debu merah muda beterbangan, kabut makin pekat. Dari balik kabut, suara raungan rendah terdengar, jauh lebih berat daripada avral biasa.
Zephyr mendongak, wajahnya menegang. “Sial … Alpha Avral.”
Dari kegelapan kabut, sosok raksasa setinggi tiga meter muncul. Kulitnya berlapis eksoskeleton hitam berkilau, dengan enam lengan bercakar tajam. Dua matanya terlihat jelas menyala merah menyapu area seperti lampu sorot. Setiap langkahnya membuat tanah bergetar, dan avral-avral kecil segera mundur, seolah memberi jalan pada rajanya.
“Formasi Beta runtuh! Semua fokus ke Alpha!” teriak Komandan Menez sambil mengokang senjatanya.