Aruna tengah menghitung stok tabung di lemari besi ketika Zephyr memanggil. Sekarang Aruna tahu kalau cairan di dalam tabung itu adalah kelemahan avral. Jika ditembak ke bagian sensitif makhluk penghuni asal Xous itu akan berakibat fatal dan mematikan. Kemudian cairan terbaru yang diracik komandan Rosa adalah yang paling mematikan karena bisa melelehkan avral.
“Sudah, tinggalkan itu!” kata Zephyr seraya menarik lengan Aruna menuju ke ruang komunikasi. Di sana telah berkumpul Coelho, Husain, dan juga Axelle.
“Nah, ini dia ….” Coelho menarik Aruna dan memaksanya duduk setelah ia sendiri berdiri.
“Apa?” ucap Aruna heran karena semua mata kini tertuju padanya.
“Kau mau ikut ke timur laut?” tanya Axelle dengan mata yang tajam menatap Aruna.
Aruna mengernyitkan dahi, jelas tidak mengerti apa yang dimaksud. “Untuk apa?” tanyanya bingung.
Husain merangkul Aruna dan berkata pelan, “Kita mau pesta. Kau ikut, kan?”
Aruna menatap satu per satu para lelaki di ruang itu. Pesta? Ia semakin bingung. Kemudian ia menatap Zephyr, meminta penjelasan.
“Dia ikut!” seru Axelle yang membuat Aruna menatap tajam lelaki bermata coklat itu.
“Tenang saja. Kau pasti suka,” ucap Zephyr menepuk bahu Aruna.
Aruna dengan wajah mengkerut menatap sekeliling, kemudian matanya jatuh pada monitor di belakang Axelle. Ada pergerakan yang berbeda dari layar lainnya. Monitor itu memiliki pola yang acak dan berkelip.
“Apa itu?” Aruna menunjuk monitor mencurigakan itu.
Zephyr bergegas menghampiri layar kemudian meminta akses. Ia sibuk memencet beberapa tombol. “Kita diretas,” ucap Zephyr.
Axelle mendekati Zephyr sambil menatap layar hampir tak berkedip. “Bisa dilacak?”
Zephyr mengangguk tanpa menoleh dari layar sementara tangannya menari-nari tanpa henti di keyboard. Aruna, Husain dan Coelho merapatkan diri, penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
“Sial! Koneksinya sudah putus,”ucap Zephyr. ”Ada yang menggunakan saluran komunikasi kita.” Zephyr melirik Axelle.
“Dari mana asalnya? Atau siapa yang mereka hubungi?” tanya Axelle.
“Asalnya dari salah satu radio anggota Delta.” Zephyr memutar kursi, memandang mereka satu per satu. “Kalian membawa radio kalian?”
Aruna mengecek kantongnya di dada. Radionya masih tersimpan di sana. Husain dan Coelho meraba pinggang masing-masing dan menemukan radionya. Axelle tengah mengeluarkan radio kecil itu dari kantong di dadanya.
“Artinya bukan salah satu dari kita.” Axelle menggenggam radionya erat. “Bisa kau pastikan itu milik siapa, Zep?”