DELTA TEAM

Keita Puspa
Chapter #8

Penembak

Mesi Menez berlari cepat dari tempat tinggalnya di area selatan markas. Wajahnya merah padam. Di bahunya tersampir sebuah senapan panjang. Sekilas mirip M16. Hanya saja tempat peluru dimodifikasi menjadi lebih besar untuk memuat tabung kecil. 

Menez memberi hormat pada penjaga gedung Alpha dengan wajah tegang. Ia melangkah menuju pemindai identitas di samping pintu. Setelah retinanya di-scan, pintu pentagon itu terbuka. Bagian lempeng baja tertarik ke lima sisinya, membiarkan Menez lewat dengan leluasa. 

Kaki Menez terhenti melihat para komandan telah berkumpul mengitari meja yang menampilkan hologram permukaan Xous. 

“Menez, kerahkan tim Delta segera ke perimeter barat daya!” teriak lelaki yang jauh lebih muda dari Menez. Dia adalah Jenderal Freecs. Pemilik sekaligus pemimpin utama FPA. Sang pewaris yang naik pangkat ke tahta tertinggi setelah ayahnya gugur dalam pesawat yang kembali ke bumi. 

“Lapor, Sir. Tim Delta sedang cuti. Mereka tidak bisa dihubungi,” ucap Menez tanpa berusaha menghubungi satu pun anak buahnya. 

“Susul mereka ke kamarnya! Tim Golf kewalahan menghadapi alpha avral.” Freecs melihat kepulan debu dan asap merah muda di hologram. 

“Mereka tidak ada di tempat, Jenderal. Bagaimana dengan tim Hotel atau Foxtrot?” Menez melihat Rosa yang tengah duduk santai di kursi, memainkan rambutnya yang pendek. 

“Mereka sudah diturunkan sejak satu jam lalu. Tapi avral-avral itu terus mendekat.” Jenderal Freecs melipat tangan di dada. Kemudian napasnya terdengar kasar sebelum berkata, “Kita butuh lebih banyak pasukan.”

“Turunkan saja Kapten Axelle dan Letnan Leo. Dua orang itu saja cukup,” ujar Rosa dengan senyum miring. “Itu cuma satu alpha. Kemarin anak buah Menez yang baru tugas saja bisa mengatasinya. Ya, kan, Mesi?”

Mesi Menez menimbang-nimbng jawaban. Apakah harus mengatakan ya dan mengakui kehilangan tiga kendaraan baja atau berkata tidak dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. 

Jenderal baru ini sangat perhitungan. Efisiensi selalu diutamakan lebih dari apapun. Menez benci itu tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ia bahkan harus merasa cukup dengan pengurangan senjata tim Delta yang mencapai 30% sejak Freecs muda memimpin. 

“Itu tidak sepenuhnya benar, Sir. Anak baru itu tidak bergerak sendiri. Tim Delta bergerak bersama,” ucap Menez setelah pertimbangannya selesai. Dari ujung mata, Menez melihat Rosa tertawa tanpa suara. 

“Jenderal… tim India sudah kembali dan segera membantu Golf.”

Terdengar suara dari radio. Menez diam-diam bernapas lega. Akhirnya dia tidak perlu membatalkan hari libur. 

“Mulai besok, meski cuti, setiap anggota harus tetap menyalakan radio komunikasi!“ seru Freecs lantang. 

Rosa memutar bola mata. Jelas sekali tidak suka dengan peraturan dadakan itu. Tapi seperti Menez, komandan Echo itu juga tidak bisa berbuat banyak. Rosa pernah menentang peraturan Freecs dan dihukum kembali ke bumi selama tiga bulan. 

Satu kelebihan Freecs muda adalah dia tahu betul hukuman apa yang akan membuat bawahannya jera. Bagi Rosa de La Vida, menghentikan penelitian di tengah jalan adalah kutukan. Kala itu Rosa sedang membuat racikan asam flourida baru. Membiarkan Rosa menderita berbulan-bulan dengan kembali ke bumi. Wanita itu gila kerja—dan Freecs tahu persis.

Kali ini pun Rosa sedang berusaha membuat granat halogen. Dia tidak bisa membiarkan Freecs menghukumnya lagi. 

“Anak buahmu sepertinya tidak ada di markas, Komandan,” kata Rosa ketika ia dan Menez telah meninggalkan Freecs dan berjalan di koridor pentagon. 

“Mereka sedang liburan. Kami butuh istirahat dari perang tiada akhir ini.” Menez menarik napas. “Sekali-kali berliburlah, Komandan,” bisik Menez pada Rosa sebelum melangkah cepat meninggalkan wanita itu. 

Rosa meninju udara. Jelas sekali Menez telah menyindirnya dan tidak memberinya kesempatan untuk membalas.. 


***

Lihat selengkapnya