Demi Allah dan Waktu yang Berjalan

Diba Tesi Zalziyati
Chapter #5

Tujuan

Apa arti sekolah bagimu? Bagiku sekolah itu membosankan. Kita harus duduk mendengarkan guru mengajar, mengerjakan tugas, ujian, berteman dengan teman sekelas, mengikuti ekskul agar bakatnya disalurkan alih-alih untuk diterima oleh orang lain, dikagumi, dipandang hebat, dan lainnya. Kita harus menjadi seseorang yang menakjubkan sesuai dengan norma lingkungan ini. Itu sangat membosankan. Meski sebenarnya, aku juga belum tahu apa hal yang menarik bagiku di dunia ini. Semua memang tampak membosankan. 

Seperti biasa, siang itu aku duduk di bangku kesayanganku. Bangku terakhir, di pojok ruangan. Pada saat teman-temanku berdiskusi sesuai tugas yang diberikan oleh guru, aku tidur. Pada saat teman-teman mendengarkan penjelasan guru, aku mendengarkan musik dengan headset. Apa pun yang dilakukan oleh teman-teman sekelasku, aku menolak untuk melakukannya. 

“Kenapa tidak?” tanya Bu Nirina, guru BK di sekolahku. Ia baru masuk sekitar dua tahun yang lalu, pada saat aku masih duduk di kelas dua.  Wajahnya bisa dibilang sangat sempurna. Muka berbentuk bulat telur, mata sayu dan lebar, hidung bangir, bibir merah muda yang dikemas oleh selembar kerudung. Wajahnya sangat lembut dan keibuan. Tak heran teman-teman, kakak kelas dan adik kelas sangat menyukai beliau. Kalau berbicara sangat lembut tutur katanya. Konon dia adalah salah satu keluarga pemilik sekolah ini. 

“Bosan saja….” jawabku malas-malasan, sambil menyandar di kursi tempat dudukku. Di seberangku, Bu Nirina tersenyum. Dia menaruh kedua tangannya di atas meja. 

“Jadi, Ody sebenarnya mau jadi apa?”

Aku terdiam, menggeleng. 

Aku pun tak pernah ingin menjadi superhero, tak pernah ingin diterima gagasanku, tak mau apa pun. Aku hanya ingin, hanya ingin. Ah, tak perlu kan kita harus seperti para putri kecantikan itu yang hidupnya penuh misi dan visi. Sudah bagaikan proposal kegiatan saja!

“Apakah perlu ya seseorang mempunyai tujuan hidup, ingin jadi ini dan jadi itu?” 

Bu Nirina memandangiku dengan mata cokelatnya, lalu mengedikkan bahu. “Menurut Ody?”

“Enggak, tuh! Buktinya hewan saja tetap bisa hidup meski enggak punya tujuan, tumbuhan juga tidak pergi ke mana-mana masih bisa hidup, bisa makan….”

“Begitu yaa ….” Bu Nirina mengangguk-angguk. 

“Jadi, Ody ingin jadi tumbuhan atau hewan?”

Lihat selengkapnya