Semua mata penghuni panti asuhan memandangiku yang sedang berjalan sambil membawa koper besar. Tersirat rasa ingin tahu mereka, kenapa aku membawa-bawa koper. Aku hanya tertawa sambil melambaikan tangan.
"Kak Ody, jadi kakak mau pergi dari sini?" Manda, seorang anak perempuan berusia enam tahun tiba-tiba menghalangi jalanku. Kepalanya mendongak, memandangku dengan wajah polos. Kulit putih dengan mata bulat dan bibir tipis berwarna merah muda.
"Enggak, Kak Ody hanya mau ke kamar kerja Bu Dinda, kok."
Manda menyimpan kedua telapak tangannya di bawah dagu.
"Wow! Jadi isi koper itu apa?"
"Kak Ody beliin baju untuk kita?" Di belakang Manda, Lucky, anak lelaki berusia delapan tahun tiba-tiba urun bicara.
Aku kemudian berjongkok, mengikuti cara berkomunikasi Tante Dinda dan Andri selama ini dengan anak-anak kecil ini.
"Tunggu aja, nanti juga tahu." Kukedipkan mata sambil tersenyum merekah. Aku akan memberikan kejutan terindah pada mereka.
Dengan percaya diri kuketuk pintu kamar kerja Tante Dinda, lalu masuk tanpa diizinkan. “Tanteee!!” sapaku ceria sambil menaruh koper besar di atas meja kerjanya.
Tante Dinda memandang heran, “A-apa itu, Ody?”
“Sambil tertawa lebar, aku membuka koper itu, “Taraaaa ….!”
Mata Tante Dinda membulat, seakan mau lepas. “A-apa ini?” tanyanya gugup.
“Uang, Tante, Ody mau jadi donatur.” Aku duduk di kursi lalu kaki kananku ditumpangkan kepada kaki kiri.