Demi Allah dan Waktu yang Berjalan

Diba Tesi Zalziyati
Chapter #12

Mengenal-Nya

Aku akhirnya menjadi murid Andri. Dalam hati tentu berseru girang. Rupanya plan C berhasil. Meski memang tidak memastikan mengambil hati Andri, setidaknya aku intens berinteraksi dengannya. Sebelumnya Andri memang menganggap aku sebagai adik, memberikan perhatian layaknya seorang Kakak. Namun, semenjak aku menyatakan perasaan, ia berubah menghindari. Sekarang ia tidak bisa menolakku lagi. Aku ingin belajar agama. Katanya orang beriman tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengajari ilmu agama kepada siapa saja yang punya keinginan untuk dekat dengan Allah. Ibaratnya kita hidup di dunia sedang berlomba, orang muslim berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, ditawarkan bonus tentu tidak akan dilewatkan. Hadiahnya syurga!

“Materi hari ini adalah Ma'rifatullah. Artinya mengenal Allah. Pertanyaannya, kenapa kita perlu mengenal Allah?” Andri duduk bersila di depanku. 

“Karena Allah adalah pencipta kita?” Aku menjawab dengan antusias. Memandangi wajah Andri seolah-olah sedang memainkan game komputer, tidak boleh luput hal sekecil apa pun.

“Sekarang coba buka Al-Qu'ran surat Al-Baqarah ayat 260."

Aku memperhatikan Al-Quran berwarna krem kekuningan yang sedari tadi dipangku, segera kubuka kitab berukuran cukup besar itu dan mencari surat serta ayat yang diminta Andri. Agak sulit memang, orang yang tidak pernah membuka Al-Qur'an seperti aku ini mencari surat dari 114 surat yang lainnya, ditambah aksara yang belum aku pahami. Syukurnya Andri ikut mencari dan memberitahuku nomor halamannya.

"Sudah." Aku tersenyum bahagia, bagaikan baru saja menang undian.

"Sekarang bacalah terjemahannya." Sedang ia juga memperhatikan kitab suci berukuran telapak tangannya. 

"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana."

"Paham maksud ayat ini?" 

Aku memutar bola mataku, tidak bisa wudu dan tidak hafal bacaan serta gerak salat saja sudah membuatku malu. Jangan ditambah aku bodoh dalam menafsir suatu ayat. Kupaksa otak yang katanya jenius ini berpikir. Sungguh, baru kali ini aku berusaha menggunakan otak. 

Aku jadi teringat ejekan Mama dulu. "Kenapa otakmu enggak dipake? Biar masih gres? Jadi kalau dijual laku banyak karena bukan barang bekas?" Aku bergidik.

Kembali aku memandangi Andri yang menunggu jawaban.

"Mmmm, Bahwa Nabi Ibrahim sebenarnya sudah percaya bahwa Allah mampu menghidupkan yang sudah mati, tetapi Nabi Ibrahim ingin tenang dan … mungkin bisa bercerita ya kepada orang-orang yang meragukan Islam kalau ia melihatnya dengan mata kepala gitu." Wah pinter juga aku melakukan improvisasi. 

Lihat selengkapnya