Ini adalah kisah kebencian dari gadis pemilik hati yang tersuci. Kesucian itu ternoda oleh darah kematian kekasih pujaannya, gadis berparas bak bidadari mulai bertingkah layaknya iblis yang kejam dan penuh tipu daya saat hukum tak mampu tegak dan begitu murah untuk dibeli.
Hari ini, saat matahari mulai tenggelam di penghujung barat. Seorang wanita berparas cantik yang tubuhnya terbalut dress merah muda dan blazer hitam tebal mewah. Sepatu boot dan kacamata melengkapi penampilannya, sedang berdiri tak jauh dari rumah satu-satunya di tempat itu.
Wajah anggun dan menawan terlihat menahan amarah. Sorot matanya tajam menatap rumah bergaya Eropa dengan atap yang menjulang tinggi di hadapannya.
Rumah berlantai dua dengan pintu utama dan jendela yang besar, serta balkon yang menonjol memang sangat khas dengan rumah-rumah di negeri barat. Cerobong asapnya tampak mengepul tanda perapian di dalam rumah itu sedang menyala.
Rahangnya mengeras, menyembunyikan wajah cantiknya menjadi begitu menakutkan. Hanya dengan melihat mobil yang terparkir di halaman rumah itu sudah cukup memberitahu apa yang sedang terjadi.
Langkahnya mantap menginjak rumput yang sengaja di tanam di pekarangan rumah. Napasnya memburu seiring dirinya yang semakin dekat dengan pintu.
Sementara itu di dalam rumah, seorang wanita yang sama cantiknya. Dengan tubuh yang lebih sintal dan memikat mengetatkan rahangnya melihat foto-foto dirinya yang tengah tidur bersama seorang pria terpampang di layar handphonenya. Seseorang dengan nomor tak dikenal telah mengirimkan ke WhatsAppnya.
Wanita itu keluar dari kamar, wajahnya jelas menunjukkan ketakutan. Meskipun ada gurat kemarahan yang terpancar, rasa cemas itu terlihat lebih mendominasi.
Plak!
Sebuah tamparan ia layangkan pada wajah pria yang baru saja datang ke rumahnya.
"Sialan kau! Cepat pergi dari sini. Kita harus segera pergi, bawa aku pergi jauh dari tempat ini." Teriaknya penuh emosi.
"Kenapa? Tenanglah, kita bisa menyelesaikan ini dengan baik."
"Bagaimana caranya?"
"Kita akan pikirkan caranya."
"Tidak ada waktu lagi, kita harus segera pergi dari sini." Wajahnya semakin cemas, ia terus berkata-kata sambil menuruni anak tangga.
Pria itu mencoba menenangkan dengan terus mengikutinya dari belakang, "Kita bisa lewati ini Sonia ...."
"Lihat ini! Hanya dalam hitungan detik foto-foto ini akan menyebar ke seluruh penjuru negeri! Kau memanfaatkanku Ander!" Potong Sonia, gadis berparas memikat itu menunjukkan foto-foto yang tadi diterimanya pada pria yang kini sudah memasang wajah syok saat melihatnya.
"Kau ... kau sudah mengetahuinya?" Ander terbata. Pria itu memejamkan mata dan mengusap kepalanya , bibirnya mencebik kebingungan, "Ck! Hahh ... shit!"
"Ya! Kau harus membawaku pergi secepatnya." Sonia tegas.
"Kita akan cari jalan lainnya Sonia, karirmu sedang bagus. Kau tidak bisa gegabah. Pasti ada kesempatan." Ander tidak menyerah memenangkan Sonia.
"Jika kita tidak segera pergi, maka tak akan pernah ada lagi kesempatan bagiku Tuan Anderson!" Ucapnya penuh penekanan.
"Sonia ... kita ...." Ucapan Ander terhenti saat sesosok wanita cantik menerobos masuk ke rumah Sonia dan menemukan mereka berdua.
Monica, wanita cantik yang tadi mengamati rumah itu.