Demi Arwah Kekasihku

Arzaderya
Chapter #4

Kita Bertemu Lagi

Ethan berlari kalang kabut menjauhi pintu apartemen Arlina. Sesekali masih bisa ia rasakan lemparan berbagai macam benda menimpa punggungnya.

Kesal dan malu itu yang ia rasakan. Untung saja apartemen tidak terlalu ramai. Jadi ia cukup leluasa untuk segera menghilang dari sana.

Ethan tak pernah menyangka, bahwa gadis selembut Arlina bisa bertingkah layaknya binantang buas.

Arlina langsung memukulinya saat ia mengatakan bahwa dirinya gagal meyakinkan Monica untuk mengangkatnya jadi bintang produk terbaru mereka.

Arlina bahkan tak mau mendengar penjelasannya. Wanita itu masih terus melempar sampai Ethan benar-benar menghilang.

"Mulai hari ini persahabatan kita putus! Dan kau! Jangan pernah menginjakkan kaki di apartemenku lagi, sekalipun kau sangat kedinginan! Atau kau sedang sekarat sekalipun!"

Ucapan Arlina masih terekam jelas di ingatannya. Ethan mengusap wajahnya kasar, sepertinya ia harus segera mencari pengganti Arlina jika tidak ingin membeku disetiap malam.

Ethan mengendarai mobilnya pelan. Satu tangan menyetir, satunya lagi mengurut keningnya yang mendadak pening.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, kesibukan mulai terlihat di kedai kopi tempat Sonia bekerja.

Penari club di malam hari, identitasnya sama sekali tidak terlihat saat bekerja di kedai kopi.

Tubuh yang biasa terbalut pakaian kurang bahan, kini mengenakan celana jeans panjang dan kemeja kotak-kotak lengan panjang. Sebuah topi ala-ala chef dan celemek putih menggambarkan identitasnya di kedai itu.

Sonia mulai sibuk melayani tamu-tamu yang datang. Menyuguhkan satu demi satu gelas ke meja pesanan.

Sesekali ia terlihat memegang sebuah buku kecil dan bolpoint untuk mencatat setiap pesanan dari tamu yang datang.

Ethan melirik sekilas jam tangannya, pukul sembilan. Ia mengehentikan laju mobilnya di kedai kopi. Sepertinya ia perlu meminum segelas kopi hangat pagi ini.

Pria itu masuk dan memilih kursi di pojokan. Tempat yang strategis. Ia bisa duduk dengan tenang, jauh dari bising kendaraan yang mulai ramai berlalu-lalang.

"Waiters!" Serunya. Salah seorang waiters pun menghampirinya.

"Silahkan, Tuan. Ini menu kopinya." Pelayan itu menyerahkan buku menu pada Ethan. Ethan mendongakkan wajahnya.

"Hai Sonia, right?" Sapanya memastikan, sambil tangannya menerima buku menu yang disodorkan Sonia.

"Yes. Kau Ethan?" Tanya Sonia. Gadis itu tak begitu ingat wajah Ethan, karena malam itu cenderung gelap. Namun ia bisa mengenali suaranya.

"Tepat sekali. Apa kau sibuk?" Sebuah pertanyaan retoris keluar dari mulut Ethan.

"Seperti yang kau lihat. Aku sedang bekerja."

"Oh iya iya. Apa nanti kau ada waktu? Aku ingin bicara padamu."

"Hal penting seperti apakah sehingga kau perlu bicara padaku?"

"Tidak ... maksudku, aku ... aku ingin berkenalan denganmu. Yah ... seperti itu." Ethan tersenyum. Sonia mengangkat bahunya.

Lihat selengkapnya