DEMIGOD ANGEL: The Story of The Sword Agios

SAKHA ZENN
Chapter #2

Anggur Merah

Hingga sekitar 20 tahun yang lalu, dewa dan dewi selalu hidup berdampingan dengan manusia. Mereka memenuhi kehidupan satu sama lain dan saling mengulurkan tangan dengan suka hati. Para dewa yang pada umumnya berukuran lebih besar dan tinggi akan menyesuaikan diri saat mereka berjalan dan berinteraksi dengan manusia biasa. Bumi terlihat sangat damai saat itu.

Sonya adalah salah satu dewi yang terkenal di kalangan manusia dan dewa karena parasnya yang cantik serta perangainya yang baik dan lemah lembut. Dia adalah Dewi Kehidupan yang selalu menyalurkan cinta pada makhluk lain di sekelilingnya. Dia bisa menghidupkan tanaman yang mati juga menyuburkan tanah yang kering dan tandus. Dibanding dewa-dewi lainnya, Dewi Sonya lebih banyak menghabiskan waktunya di bumi.

Langit sudah melukiskan mega kuning kemerahan menandakan malam akan datang. Dewi Sonya masih duduk di atas batu besar di kaki bukit bernama Goblin. Menurut sejarah, bukit itu dulu dihuni oleh sekelompok goblin yang akhirnya punah saat perang dunia yang dipimpin oleh Dewa Brook, Dewa Kehancuran.

"Sungguh menenangkan walau hanya melihat senja dengan semilir angin yang segar ini."

"Sepertinya kau sangat menikmati waktumu, Dewi?"

Seorang pria berjubah putih membuka tudungnya, melangkah pelan menghampiri Dewi Sonya, dan tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Siapa kau?" tanya Dewi Sonya bangkit dari duduknya dengan wajah was-was.

"Namaku Zuo. Aku adalah seorang malaikat yang sedang diutus ke bumi. Tenang saja, aku malaikat yang baik," balas Zuo tersenyum memandang langit.

Melihat garis wajah sempurna, lekuk dahi yang jatuh pada garis mata dengan bulu mata lurus dan turun pada tulang hidungnya yang keras juga bibirnya tebal dan sedikit terbuka, memperjelas dagunya yang terbagi dua itu memunculkan rasa tenang tersendiri dan membuat keraguan padanya hilang seketika. Dewi Sonya akhirnya kembali duduk menyembunyikan detak jantungnya yang serasa berdetak melebihi ritme.

"Yang aku tahu, malaikat akan turun ke bumi saat mereka melakukan kesalahan dan pemimpinnya akan memberi hukuman pada malaikat itu. Jadi, apa hukumanmu? Kesalahan apa yang telah kau lakukan? Anggap saja kita sudah berteman. Kau bisa menceritakannya padaku."

Mendengar pernyataan diikuti beberapa pertanyaan menohok sang Dewi yang belum benar-benar dikenalnya itu membuat Malaikat Zuo sedikit kesal dan mengalihkan pandangan pada wajah polos Dewi Sonya.

Apa ini? Kenapa dia....

"Ada apa? Apa ada sesuatu yang salah di wajahku?" tanya Dewi Sonya bingung setengah salah tingkah dengan pria di depannya yang terlalu serius memandanginya.

"Ah, tidak!"

Malaikat Zuo segera membuang wajahnya dan terbungkam.

Apa yang terjadi padaku?

"Baiklah. Jadi, apa kesalahanmu? Apa hukumanmu di bumi?" tanya Dewi Sonya begitu penasaran.

"Itu bukan urusanmu. Hari sudah hampir gelap." Malaikat Zuo berdiri. "Aku harus pergi," tukasnya mencoba sekeras mungkin tidak melihat wajah sang Dewi untuk kedua kalinya.

Baru beberapa langkah sampai Malaikat Zuo berhasil turun dari batu besar itu, jemari kecil nan dingin bak bunga teratai di tengah rawa menangkap pergelangan tangannya.

"Tunggu!"

Sekeras apapun upaya Malaikat Zuo, akhirnya dia ditakdirkan untuk menatap kembali dua mata yang bersinar itu, hidungnya yang kurus dan sedikit mancung, pipinya yang merona, juga bibir tipisnya yang semerah buah delima. Sesekali rambut panjangnya bergelayutan diterpa angin seakan melambai, memanggilnya untuk lebih dekat dengan gadis itu.

***

"Kakak! Kakak ada di dalam?"

Lihat selengkapnya