"Akhirnya kau datang juga."
Sebuah suara pria dewasa menyambut Pangeran Arya setibanya dia di gubuk tua tepi Sungai Edelweiss.
Kenapa suaranya berbeda?
"Siapa di sana?" tanya Pangeran Arya memecah keheningan dengan suasana di dalam gubuk yang gelap gulita. Walaupun di luar matahari bersinar sangat terik, begitu masuk Pangeran Arya bahkan serasa buta karena tidak ada satu titik cahaya pun yang bisa menembus masuk ruangan itu.
"Aku pria yang muncul dalam mimpimu, Pangeran Arya."
Cara pengucapan sapaan membuat Pangeran Arya merinding karena suara serak yang dia timbulkan itu.
"Dimana Kakek tua itu?"
Pangeran Arya tidak bisa melupakan bahwa sumber segala masalah yang terjadi adalah selepas dia bertemu dengan kakek tua di pasar.
"Aku. Aku adalah kakek tua itu. Aku menyamar sebagai pria tua untuk menemuimu."
"Perkataan tidak masuk akal apa itu!"
Pangeran Arya mencoba melawan hatinya yang terus mencoba mempercayai pemilik suara itu, namun pikiran rasionalnya menolak dengan tegas.
"Apa kau belum juga tersadar? Dunia ini bukan hanya berisi manusia, binatang, dan tumbuhan. Tapi dunia yang rusak ini masih dihuni oleh beberapa makhluk sepertiku, Arya. Sadarlah! Ketahuilah bahwa adikmu itu juga bukan manusia biasa!"
Pangeran Arya masih diam di tempatnya dan hanya menatap kosong kegelapan di depannya. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Keinginan untuk segera pergi pun tidak ada kuasa karena dia tidak menemukan pintu yang sebelumnya dilewati untuk masuk ke dalam gubuk.
"Tidak! Kevin hanyalah adikku. Dia manusia biasa. Dia bisa terluka, menangis, dan tertawa!" sanggah Pangeran Arya mencoba untuk tidak terbujuk perkataan orang asing itu. Bagaimanapun dia harus tetap berada di pihak adiknya. Dia tidak akan membiarkan seorang pun menghancurkan tali penghubung mereka sebagai kakak adik.
"Biar kuperjelas. Gaivan Naraya. Dia adalah putra tunggal keturunan Malaikat Zuo dan Dewi Sonya."
"Tidak apa jika kau terkejut seperti itu. Kau pasti sudah membaca buku yang aku berikan padamu, kan? Buku itu mengisahkan kehidupan nyata dua sejoli yang berlagak untuk bercinta. Dengan egoisnya mereka hanya memikirkan kebahagiaan mereka sendiri hingga akhirnya timbullah perang dahsyat antara para malaikat dan dewa-dewi. Terlalu kejam dan merupakan sebuah kejahatan jika membiarkan anak itu tetap hidup di bumi. Aku adalah salah satu dari mereka. Aku bisa membaca masa depan yang begitu berantakan karena ulah anak itu. Dia pemilik Pedang Agios, dan setelah menemukan pedangnya, kekuatannya akan bertambah kemudian dia akan memusnahkanmu."
"Tidak mungkin! Kalaupun Kevin memang benar bukan manusia biasa, dia tidak akan membunuhku dengan pedangnya itu. Aku percaya padanya!"
Detak jantung Pangeran Arya begitu jelas menampakkan bagaimana perasaan takut, marah, dan khawatir menjadi satu dalam dirinya saat ini. Dia ingin menangkis pernyataan suara itu, namun terdengar begitu nyata dalam hati Pangeran Arya. Dan kini pikirannya tidak bisa lagi dia kendalikan dengan baik.