Dalam latar penuh kabut hitam, seorang bercelana panjang hitam, baju putih gading dengan tiga kancing depannya yang terbuka, dia berdiri membelakangi seorang pria berambut merah yang tengah terduduk dengan bertumpu pada kaki kirinya yang berpacu, kakinya satunya ditekuk sampai lututnya sejajar dengan dada dengan tulang hastanya dia letakkan di atas lututnya itu. Kepalanya menunduk dengan jemarinya yang sedikit bergetar menahan jantungnya yang berdetak lebih cepat.
"Aku tahu kau bisa dipercaya, Shaan."
Tanpa berbalik, dia berbicara dengan nada kuat dan tajam. Tergambar dalam wajahnya yang suram itu sebuah senyum percaya diri.
"Aku akan melakukan apapun yang kau mau. Tapi setelah ini semua selesai, ingat janjimu—"
"Aku bukan makhluk yang tidak bisa dipercaya, Shaan."
Shaan mengerutkan dahi, setengah tidak percaya bahwa dirinya itu akhirnya akan mengkhianati salah seorang sahabat yang sudah saling percaya sejak kecil. Sepulangnya dia dari istana untuk bertemu dengan Raja Arya dan akhirnya dipercaya untuk mencari tahu keberadaan Kevin, sekarang yang dia lakukan adalah menemui musuh sebenarnya dari sahabatnya itu.
"Sekarang pergilah ke Pulau Dyonisie. Kau akan bertemu orang yang kau cari itu."
Dia tahu aku dipercaya Arya untuk mencari Kevin?
Wajah Shaan seketika tegang dan pandangan matanya terlihat kosong. Dia begitu gelisah dengan apa yang akan terjadi karena dirinyalah yang akan membawa kakak beradik itu dalam bahaya besar. Di sisi lain dia juga tidak mungkin melepaskan kesempatan untuk membawa kembali orang tuanya.
"Aku akan membiarkanmu bertemu dengan anak malaikat setengah dewa itu."
Sebuah suara datang dari belakangnya secara tiba-tiba ketika Shaan lengah dengan tuannya yang sebelumnya tepat ada di depannya. Ekor matanya mencoba menelisik keberadaan makhluk hitam itu, mencoba melihat bagaimana wajah pemilik suara rendah dengan sedikit sentuhan serak itu. Namun tidak ada yang bisa ditangkap oleh matanya. Dia hanya berhasil dalam sekejap melihat bahu kanan pria itu kemudian menghilang dari jangkauan matanya.
"Hanya saja begitu kau bertemu dengannya, jangan bawa dia kembali ke Anthares. Biarkan dia melakukan perjalanannya. Kau hanya perlu mencari tahu bagaimana kekuatannya, kelemahannya, dan saat kau tahu, katakan segalanya padaku. Kau mengerti?"
"Aku mengerti."
***
Dua pekan sudah Kevin tinggal di Tanah Gloria, sebuah desa tempat kedua orang tuanya dulu tinggal. Dengan berbaring di atas batu besar yang cukup datar di bawah kaki Bukit Goblin, dia menangkap perhiasan langit berupa bintang-bintang yang jika diperhatikan maka mereka akan berkedip memamerkan cahayanya yang terang tanpa bantuan cahaya lain untuk membuatnya bersinar. Matanya beralih pada bulan purnama yang terlihat bersinar, namun nyatanya dia hanyalah hiasan yang tidak akan terlihat jika tidak ada cahaya matahari yang memantulkan cahaya padanya. Dia merasakan dirinya adalah sebuah bulan yang kesepian walaupun bertaburan bintang mengelilinginya. Bulan itu hanya satu, tidak ada yang sejenis dengannya di langit hitam itu.
"Ayah, Ibu, aku bahagia karena telah dilahirkan. Karena kalian aku bisa melihat dunia ini, merasakan bagaimana aku menarik dan menghembuskan nafas, menghitung detak jantungku yang cepat setelah berlari ke sini. Karena kalian aku bisa merasakan bahagia, sedih, marah..., ya. Aku hanya sedang marah pada dunia ini karena telah menghukum kalian yang tidak melakukan kesalahan apapun. Aku hanya merasa tidak adil karena aku masih muda dan aku tidak pernah melihat kalian."
Kevin terkekeh heran dengan dirinya yang tengah berbicara sendirian di malam yang sunyi, hanya suara jangkrik dan katak yang samar terdengar.
"Aku pikir aku akan gila."
Kevin tersenyum membuka matanya lebar, mencegah air matanya akan menetes tepat pada hari terakhirnya di tanah ini karena besok dia akan mulai melakukan perjalanannya bersama Bara.
"Tidak! Aku tidak akan gila, kan? Aku akan gila jika Kak Arya yang akan aku hadapi di pertempuran akhir nanti. Itu tidak akan terjadi, kan? Dia tidak membenciku saat ini, kan? Aku sangat takut karena sampai sekarang aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi malam itu. Apakah ayah baik-baik saja atau aku ...."