Berbeda dengan langit di Tanah Gloria yang setiap senja memperlihatkan warna merah menyala, di Pulau Dyonisie, Kevin yang baru bangun dan langsung beranjak ke halaman rumah duduk di pelataran sembari memperhatikan langit pagi yang berwarna putih, biru, dan ungu saling bertumpukan menciptakan gradasi warna yang menenangkan. Kevin menghirup nafas, menikmati harum anggur yang semerbak dan menghembuskannya pelan.
"Vin?"
Sebuah suara terdengar dan pemiliknya langsung berdiri menarik perhatian Kevin.
"Kak Ghara, ada apa sampai membawa pedang pagi buta seperti ini?" tanya Kevin penasaran dengan pose Ghara yang gagah dengan pedang panjang yang sudah dikeluarkan dari sarungnya yang membungkus, memamerkan kilauan logam berwarna putih kebiruan itu. Senada dengan rambutnya yang hitam kebiruan, kemeja putih tipis berbahan serat kapas murni yang dimasukkan ke dalam celana ketat membentuk lekukan kakinya yang berotot.
"Hari ini kita akan belajar pedang. Aku yang akan bertanggung jawab atas latihan ini. Sekarang bersiaplah! Pilih satu pedang di tempat penyimpanan senjata. Aku akan menunggu di sini," tuturnya sangat padat dan hanya dibalas kedipan mata Kevin dua kali.
"Turuti saja, Vin!" suara Viren datang setelah suara pintu terbuka kemudian kembali menutup. "Waktu kita tidak banyak. Kau perlu berlatih untuk mengalahkannya," sambungnya melangkahkan kaki menuju Kevin dan Ghara.
Mengalahkannya? Apa aku bisa?
"Vin, kami tidak memprofokasimu untuk memusuhi kakakmu. Tapi kami hanya berusaha mencegah dia melangkah lebih jauh. Itu saja. Kami juga tidak ingin kamu melukai atau bahkan sampai membunuhnya karena dia juga kakakmu, keluargamu. Aku pribadi sangat tau bagaimana dia. Dia pernah masuk dalam mimpiku. Dia... tidak bisa disepelekan. Dia bisa saja membunuhmu, Vin. Kami tidak bisa membiarkannya."
Mendengar Viren begitu serius, Kevin diam seketika dan mulai mengutarakan hasil pemikirannya. "Kak, kau yakin penjahat sebenarnya adalah kakakku? Atas dasar apa dia memusuhiku? seorang adik yang bahkan belum bertemu sekali pun. Apa kau tidak berpikir bahwa ada pihak lain yang memperdaya kakakku? Semalaman aku berpikir bagaimana semua ini bisa masuk akal, dan otakku selalu buntu di situ. Aku yakin pasti ada orang lain di balik tindakan dan niat jahat kakakku. Aku akan menurut padamu. Aku akan berlatih pedang bersama Kak Ghara, dan latihan apa pun yang diperlukan. Tapi tujuanku bukan berhadapan dengan kakakku, melainkan dengan penjahat yang sebenarnya. Aku akan menolong kakakku."
Begitu Kevin menyelesaikan kalimatnya, dia segera masuk rumah untuk mengambil pedangnya. Viren dan Ghara yang mendengar pernyataan Kevin masih terdiam berdiri dengan semilir angin pagi yang masih terasa dingin.
***
"Yang Mulia."
Seorang pelayan datang ke ruang kerja Raja Arya dengan terburu-buru dan gelisah.
"Ada apa? Kenapa kau terlihat gelisah seperti itu?" tanya Raja Arya meletakkan buku yang sebelumnya dia baca.
"Yang Mulia Ratu Heira jatuh sakit, Yang Mulia. Beliau sedang di kamarnya sekarang."
"Apa?"
Raja Arya bangkit dari kursinya, terkejut.
"Kau sudah memanggil tabib istana?"
"Sudah, Yang Mulia. Sekarang dalam perjalanan."
"Baiklah. Aku akan segera ke sana."