"Kau sungguh tidak apa-apa, Vin?" tanya Bara masih terbayang apa yang terjadi semalam sampai dirinya pun tidak bisa tidur atau sekedar menutup kelopak matanya.
"Aku baik-baik saja. Semalam... entahlah. Tiba-tiba aku merasakan sakit yang luar biasa. Jantungku serasa diremas-remas, Kak. Sungguh. Aku—"
Kevin menghentikan kalimatnya begitu melihat wajah Bara yang merah dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Kak, kau terlalu cengeng!" protesnya kemudian. Bukannya Kevin tidak peka terhadap kakaknya itu, hanya saja Bara yang terlalu mudah larut dalam suasana.
"Sebelumnya aku tidak seperti ini. Kau!" balas Bara dengan nada keras karena kesal mendengar Kevin yang tidak mengerti dirinya. "Kau... harus lebih berhati-hati," lanjutnya dengan nada lebih lemah. Kepalanya menunduk, enggan menatap lawan bicaranya itu.
"Kakak."
Kevin merangkul Bara dan menidurkan kepalanya di atas bahu kakaknya yang kuat.
"Aku akan baik-baik saja," tuturnya tersenyum.
"Lalu kenapa kau malah tidur di bahuku? Kau sakit? Kepalamu sakit? Atau ada yang lain? Hah?"
Untuk kesekian kalinya Bara menunjukkan over protective nya itu pada Kevin, membuatnya seolah terobsesi pada adik sepupunya itu.
"Tidak. Aku hanya ingin bersandar kepadamu. Aku sangat beruntung memiliki Kakak yang sangat menjagaku dan selalu mengkhawatirkanku. Tapi aku ini sudah besar."
"Usiamu baru 20 tahun."
"Tapi aku sudah besar, Kak. Aku sudah bisa berpikir dewasa!"
Kevin kembali duduk dengan tegak, melihat ke arah kakaknya dengan tidak terima.
"Kau belum bisa berpikir dewasa."
Seketika senyum licik terukir di setiap ujung bibir Kevin. "Memangnya ukuran berpikir dewasa itu seperti apa? Kak? Kakak? Kak Bara?" tanyanya mengikuti ke mana saja arah Bara membuang muka. "Seperti apa pemikiran dewasa itu?"
Bara bangkit dari duduknya. Kini Bara mengerti apa yang dimaksud Kevin.
"Kak!"
Kevin mencoba menghentikan Bara yang mencoba kabur tanpa menjawab pertanyaan bodohnya.
"Kakak pernah melakukannya? Iya kan? Kakak pernah berpikir dewasa bukan? Bagaimana rasanya?"
Pertanyaan-pertanyaan menggoda Kevin lontarkan bertubi-tubi pada Bara, membuatnya risi. Sedangkan Kevin terus mengikutinya walaupun Bara membuatnya berputar-putar beberapa kali.
"Sudah, sudah!"
"Kakak belum jawab!"
"Aku tau apa yang kau maksud itu, Vin."
"Benarkah? Memang apa yang aku maksud? Kakak! Katakan padaku!"
Sampai ke dalam rumah pun Kevin masih menggoda kakaknya itu sampai dia merasa benar-benar terganggu dengan keusilannya. Varen, Ghara, dan Shaan yang melihatnya menyunggingkan senyum walaupun tidak tahu menahu apa yang sedang menjadi topik pembicaraan mereka.
***
"Kevin, coba tunjukkan sayapmu!" pinta Varen langsung ditanggapi kesunyian oleh Kevin.
"Sayap?" tanyanya.