"Paman, kau melihat Kevin?" tanya Ghara menghampiri Varen yang sedang meramu obat.
"Tidak," jawabnya kemudian tanpa menghentikan aktivitasnya.
"Ke mana dia?"
"Ada apa Ghara?" tanya Bara yang datang langsung menemui wajah Ghara yang datar setengah khawatir.
"Kevin, dia belum kembali."
"Tunggu saja! Dia akan kembali," tutur Varen menarik perhatian Ghara dan Bara.
"Baiklah. Aku akan ke depan saja," pamit Ghara memilih menunggu Kevin di depan rumah.
"Aku ikut!"
"Kau selalu mengekor padaku, Bara!" goda Ghara membuat Bara terkekeh. Dia merangkul Ghara dan berjalan bersama. Sebuah senyum tipis terukir pada kedua ujung bibir Varen seolah melihat mereka berdua.
Baru saja Bara membuka pintu, mata mereka dikejutkan dengan keberadaan Kevin yang sudah berdiri tepat di depan pintu. Anehnya lagi, dia bersama seorang gadis kecil di sampingnya.
"Malam, Paman."
"Paman?" Dua sahabat itu hanya diam mengerutkan dahi, terlalu dini menerima panggilan paman dari seorang gadis kecil.
"Kalian punya makanan?" tanyanya membuka mata lebar, masih berdiri di depan pintu. Kevin yang mendengarnya pun tidak bisa berkomentar lagi mengingat betapa galaknya gadis kecil yang cukup manis itu.
Ghara dan Bara meminta penjelasan Kevin yang hanya dibalas kesunyian. Dia memutar bola mata, tidak tahu harus bagaimana.
"Kupikir dia gadis yang baik. Jadi, aku percaya diri membawanya ke sini," ucap Kevin akhirnya.
Karena percaya, Bara dan Ghara pun menerima gadis kecil itu lalu membiarkannya masuk. Kevin mengekor di belakangnya.
Tatapan intens datang dari Varen yang diam seolah mendeteksi potensi bahaya pada gadis itu. Namun tak butuh sepuluh detik saja, sebuah senyuman manis terukir begitu cerah membuat ketiga pria yang melihatnya cukup dibuat lega karena pasti Viren sudah bisa memastikan bahwa gadis kecil itu adalah gadis yang baik-baik.
"Shaan, bisa ambilkan makanan untuknya?" ucap Varen dengan nada lirih menunjuk Shaan yang berdiri di sampingnya.
"Baik."
"Jadi, kau adalah putri dari Dewi Hana bukan?" tanya Viren begitu gadis kecil itu menyelesaikan gigitan terakhir.
"Paman tau? Apa paman adalah Dewa Varen?" balasnya membuat semuanya membelalak, membuka mata lebar, takjub dengan pengetahuannya.
"Tidak salah. Kau memang sangat cerdas," tutur Varen tersenyum, kembali memamerkan dua lesung pipinya yang menawan.
"Paman sangat manis."
"Benarkah? Kau juga."
Ghara yang tidak tahan dengan mereka berdua segera menghentikan percakapan tidak berfaedah itu. "Hentikan! Rasanya aku mau muntah," ucapnya.
"Jadi, siapa kau sebenarnya?" tanya Kevin masih menyimpan tanda tanya karena gadis kecil itu belum juga membuka identitasnya selain mengetahui bahwa dia adalah putri dari Dewi Hana, seperti yang diucapkan Varen.
"Perkenalkan." Gadis itu mengulurkan tangannya pada Kevin yang bersebrangan di antara meja makan, diikuti isyarat mata yang menunjukkan agar Kevin segera menerimanya. "Namaku Grey. Aku putri dari Dewi Keadilan, Dewi Hana."
Kevin menatap dalam kedua bola mata gadis kecil itu yang berukuran besar, jernih, berwarna hitam kehijauan.
"Aku Kevin," balas Kevin masih memendam senyumnya.
"Aku Ghara."