"Kevin, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Grey langsung duduk di samping Kevin.
"Tidak ada. Hanya ingin diam saja seperti ini," jawab Kevin sembari memandangi langit malam yang cukup cerah sehingga tampak bintang-bintang berhamburan dan berkedip bergantian.
"Apa aku boleh bertanya?" tanya Grey lagi.
"Tentu saja. Kau itu gadis yang selalu penasaran. Jika aku menolak, cepat atau lambat kau juga pasti akan bertanya lagi."
Grey tersenyum kaku.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" Kevin menatap bola mata berkilau itu. Menyelam hingga terbenam semakin dalam di dalam ketenangannya. Kevin sendiri tidak begitu paham dengan pandangan mata itu yang selalu menarik dirinya, mengunci untuk tetap menjaga posisinya.
"Itu... apa kau tau bagaimana wujud dan rupa orang tuamu?" tanya Grey akhirnya dengan hati-hati.
"Sepertinya kau sangat penasaran dengan hidupku ya?"
"Aku tidak keberatan jika kau tidak mau menjawab—"
"Ya, aku tau bagaimana mereka. Aku tau bagaimana wajah mereka. Mereka sesekali muncul terutama saat aku sendirian atau terkadang mereka juga muncul dalam mimpiku. Ya, mereka selalu bersamaku. Aku sangat bahagia menyadari hal itu."
"Aku pernah membaca cerita itu. Cerita tentang malaikat dan dewi itu," tutur Grey membuat Kevin penasaran.
"Cerita? Ada orang yang mau mengisahkan mereka? Bukankah—"
"Aku tau. Mungkin karena itu penulisnya menghilang. Aku sudah mencari keberadaannya tapi tetap saja tidak ketemu. Apa mungkin dia dihukum karena menulis kisah orang tuamu?"
Tatapan Grey terlihat sangat jelas ingin menemukan kebenaran. Dia menatap Kevin, seolah menginginkan bantuan untuk memecahkan misteri itu bersama.
"Peluang besarnya seperti itu. Jadi, seberapa banyak cerita yang kamu baca?"
"Itu hanya cerita singkat saja. Aku membacanya di berita harian Flowers saat aku berada di Vialley waktu itu. Singkatnya malaikat itu turun ke bumi dan bertemu seorang dewi kemudian mereka menjadi sepasang kekasih, tapi takdir membuat mereka akhirnya dihukum mati," jelas Grey dengan semangat sebelumnya tapi kemudian buyar karena Kevin memandangnya tanpa berkedip. "Itu yang aku baca. Maaf," lanjutnya lagi merasa sedikit lancang.
"Tidak apa-apa. Aku juga sudah tau sampai situ. Yang paling membuatku penasaran adalah kisah tentang kakak kandungku. Kenapa Ayah tidak membawa Kakak ke Anthares juga? Justru kakakku dituding sebagai musuhku sekarang."
Mata Kevin larut dalam lamunan, membuat Grey merasa sungkan untuk menghiburnya. Dia bukan tipe gadis yang akan dengan mudah membuat orang tersenyum di saat seperti ini.
"Grey, apa kau tidak keberatan jika aku mengajakmu berteman?"
***