"Bukankah dia terlalu mengejutkan, Vin?" tanya Bara di tengah perjalanan, melihat Grey yang menunggang kuda di depan mereka.
"Iya. Aku juga tidak menyangka dia punya tekad sebesar itu. Dari cara dia menunggang kuda, kupikir dia memang sudah berpengalaman dalam melakukan perjalanan," saut Kevin yakin.
"Jadi kita tidak perlu mengkhawatirkan apa pun darinya. Bagus jika begitu."
Kevin mengangguk setuju.
Sudah dua hari mereka melakukan perjalanan dan kini matahari mulai mengambil cahayanya untuk pergi melalui jalan di ufuk barat. Pepohonan yang menjulang tinggi benar-benar menghalangi mereka untuk mendapatkan sisa cahaya yang ada. Keadaan di dalam hutan lebih gelap dari yang diperkirakan.
"Apa kita akan terus jalan? Hari sudah cukup gelap untuk mencari arah," tutur Shaan mengamati keadaan.
"Tidak dulu. Kita bisa berjalan sedikit lagi. Aku bisa mendengar suara ombak. Di sana akan lebih terang jika kita harus bermalam walaupun mungkin anginnya akan sedikit dingin," sambut Grey percaya diri memimpin perjalanan.
Kevin, Shaan, dan Bara cukup terkejut dengan kemampuan Grey yang baru mereka ketahui. Bahkan malam sebelumnya dia membunuh seekor ular yang hampir menyambar Shaan dengan belati yang bersembunyi di balik busananya tanpa membuat suara sedikit pun. Mereka pikir perlu mempersiapkan diri untuk mendengar atau melihat hal baru lagi dari gadis muda itu.
"Baiklah. Kami percaya padamu," balas Bara sedikit terlambat.
Setelah mereka melewati sisa pepohonan yang semakin berdiri dengan jarak semakin renggang, tiga pria tampan itu akhirnya bisa mendengar suara ombak yang sebelumnya didengar Grey. Cahaya matahari yang tersisa di penghujung bumi pun akhirnya bisa mereka lihat dengan semilir angin yang menembus pori-pori, membuat mereka merinding kedinginan.
"Sangat indah," ucap Kevin melihat blue hour yang cukup menakjubkan dengan bintang-bintang yang sudah bermunculan memamerkan cahayanya yang berkedip.
"Yah... lebih baik bermalam di sini dari pada di tengah hutan. Risikonya terlalu tinggi." Bara melihat luas pemandangan di depannya. Biru, jingga, kuning, dan sedikit goresan warna ungu membentuk gradasi yang luar biasa. Dia masih terkagum setelah turun dari kudanya.
"Baiklah. Kita bermalam saja dulu di sini." Komentar Kevin merampungkan diskusi kecil mereka. Mereka turun dari kuda satu per satu dan berlanjut pembagian tugas. Bara mendirikan tenda, Grey mencari makanan, sedangkan Kevin dan Shaan mencari kayu bakar untuk membuat api unggun.
"Vin, kau susul saja Grey. Sekalipun dia pemberani dan pandai bertarung, dia tetaplah wanita. Aku akan cari sendiri kayu bakarnya kemudian aku bawa ke tenda." Shaan memberi instruksi saat mereka tengah sibuk kembali masuk ke hutan untuk mencari ranting-ranting kering.
"Baiklah, Kak. Aku akan menyusul Grey. Kau, jaga dirimu!"
Tanpa berlama-lama, Kevin segera mengambil jalan ke arah Grey sebelumnya pergi. Dia terus melangkah hingga jalan setapak yang hampir tak tertangkap mata itu membawanya menaiki bukit yang cukup curam dan berbatu.
"Grey," panggilnya begitu melihat penampakan Grey dari belakang, namun Grey sendiri tidak mendengarnya. Karena itu Kevin kembali melanjutkan langkahnya sembari menyingkirkan tanaman-tanaman berdaun besar yang menghalangi kakinya.
"Hei! Siapa kau?"
Grey yang tengah duduk di bawah pohon besar dikagetkan dengan centaur yang tiba-tiba datang dengan wajah ganas bersama tiga manusia berseragam kulit berpadu dengan besi. Masing-masing mereka membawa pedang runcing yang telanjang.