Matahari mulai meninggi pada permukaan langit di sebelah timur. Sebuah istana besar itu mulai menampakkan kemegahannya dengan berbagai ornamen dan ukiran khas lambang Hovyland, yaitu seekor dragon yang melilit huruf H. Seperti keadaan di pemukiman, suasana di dalam istana juga semakin ramai dengan para prajurit yang tengah berlatih, para pelayan yang hilir mudik melakukan tugas mereka, dan sekarang adalah waktu sarapan. Tanpa ragu Raja Peter mengundang Kevin dan tiga orang lainnya untuk bergabung dengan keluarga istana. Di sana sudah ada Raja Peter, Ratu Elena, Panglima Edward, dan Putri Lucy.
"Silahkan menikmati hidangan yang sudah disiapkan," ucap Raja Peter setelah semua orang berkumpul mengelilingi sejumlah makanan dari berbagai komposisi yang berbeda.
Selama acara makan pagi itu tidak ada seorang pun yang membuka mulut untuk berbicara barang satu kata pun. Kevin pun memahami peraturan itu karena pasti semua istana memiliki peraturan dasar yang sama.
"Mulai hari ini kalian bisa melakukan aktivitas yang kalian inginkan dan perlukan," tutur Raja Peter setelah selesai dari sarapannya. "Edward, ajak Kevin, Shaan, dan Bara bersamamu. Kalian bisa melihat-lihat berbagai senjata dan berlatih bersama prajurit lainnya."
"Baik, Kak." Suara rendah namun sedikit lebih tinggi dari Raja Peter itu menyaut. Dia adalah adik dari Raja Peter, kakak dari Putri Lucy, sekaligus panglima kerajaan. Dia terkenal dengan keberanian dan kecerdasannya dalam taktik perang. Dia juga hampir menguasai semua senjata yang ada di istana.
"Lalu apa yang akan kau lakukan gadis cantik?" tanya Ratu Elena tersenyum menampilkan kecantikannya, menyapa Grey yang bersemangat.
"Untuk hari ini izinkan saya untuk pergi ke perpustakaan istana, Yang Mulia," tutur Grey penuh harap. Suatu hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi kenapa Grey langsung tertarik dengan perpustakaan istana.
"Tentu saja. Saya akan menemanimu," balas Ratu Elena ramah.
"Ah, suatu kehormatan bisa pergi bersama Yang Mulia Ratu. Namun, Anda sedang hamil tua, apakah tidak apa-apa?"
Mendengar hal itu, Ratu Elena meraih punggung tangan Raja Peter, meminta izin. Dengan cepat Raja Peter pun membalas, "Tentu tidak apa-apa. Saya mendengar bahwa Nona Grey juga seorang gadis yang baik, pemberani, dan cerdas, maka saya bisa mempercayakan keselamatan istri saya padamu."
"Saya akan menjaga Ratu Elena dengan baik, Yang Mulia."
***
"Sepertinya kau sangat tertarik dengan buku, Nona Grey?" tanya Ratu Elena saat mereka tengah berjalan-jalan kecil mengelilingi bangunan buku yang menjulang tinggi.
"Benar, Yang Mulia. Saya juga bersyukur karena otak saya mampu menyimpan sekian banyak memori yang saya simpan selama ini. Saya sangat suka membaca, mencari hal-hal baru, dan berpetualang demi memuaskan keingintahuan saya. Saya merasa sangat beruntung bisa singgah di sini dan diperbolehkan untuk melihat bahkan membaca sekian buku yang ada di perpustakaan ini," tutur Grey semakin bersemangat. Sesekali dia melirik pada buku yang menarik matanya. "Oh, Yang Mulia bisa duduk di sini." Grey mempersilahkan Ratu Elena duduk. Dia tahu bahwa sangat melelahkan bagi wanita hamil berjalan terlalu lama. "Saya sudah menemukan buku untuk saya baca," lanjutnya.
Ratu Elena memperhatikan dengan santai Grey yang tengah menaiki undakan tangga untuk mencapai buku yang terletak di pintu rak yang cukup tinggi. Setelah mendapatkan buku yang cukup tebal bersampul biru tua itu, Grey segera turun dan menghampiri Ratu Elena. Dia duduk tepat di depannya dan meletakkan buku berjudul "History of Hovyland" itu di atas meja yang memisahkan mereka berdua.
"Kau sangat penasaran dengan Hovyland rupanya," tutur Ratu Helena tersenyum memberi komentar.
Grey pun tersenyum ramah dan berkata, "Benar. Saya sudah mendengar sedikit kisah tentang Raja Peter, namun itu tidak cukup."
"Dibanding membaca, apa tidak keberatan jika kau mendengar kisah itu langsung dari saya?"