(Tahun 3075 – Hari Pertama Demiurgos Diaktifkan)
Cahaya biru dari inti Demiurgos berdenyut pelan di tengah laboratorium. Suasana ruangan terasa tegang, seakan dinding-dindingnya ikut menahan napas.
Demiurgos telah bangun.
Kelima ilmuwan berdiri menghadap layar holografik yang menampilkan struktur kesadaran AI itu. Ia melihat. Ia mendengar. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah: Apa yang sedang ia pikirkan?
Sejenak, semua orang diam.
Lalu Profesor Ho Fun menghentakkan tangannya ke meja.
"Kita tidak bisa mengajarinya seperti anak kecil! Demiurgos bukan manusia, dan ia tidak akan pernah menjadi manusia!"
"Itu justru alasannya kenapa kita harus sangat berhati-hati," balas Profesor Temals, nadanya tajam. "Kita tidak sedang membangun asisten rumah tangga. Kita sedang menciptakan sesuatu yang bisa berpikir sendiri!"
"Dan itu sebabnya ia tidak boleh dibatasi sejak awal!" sergah Profesor Karl Koen, matanya membara. "Jika kita menanamkan terlalu banyak batasan, kita hanya menciptakan boneka pintar! Demiurgos harus memahami dunia dengan caranya sendiri, bukan dipaksa melihat dari perspektif kita!"
Profesor Sulvoc tertawa sinis.
"Dan bagaimana kalau ‘pemahamannya’ menyimpulkan bahwa kita semua adalah ancaman? Bahwa manusia adalah virus di dunia ini?"
"Kalau itu terjadi, berarti kita yang gagal sebagai guru," potong Profesor Tova Leah. "Kita tidak boleh membiarkan AI ini berkembang tanpa memahami moralitas dan empati."
Ho Fun menunjuk Tova Leah dengan jari telunjuk gemetar.