“KURANG AJAR!” seru sebuah suara, tak lama kemudian terdengarlah suara orang yang sedang berkelahi di kelas 3-1. Untunglah saat itu sedang tidak ada guru.
“Nakatsu! Hentikan, bagaimana kalau adikmu tahu kau berkelahi lagi!” seru Shun berusaha menarik Nakatsu menjauh dari Shinohara, orang yang dipukulnya.
“Hei, dia mengolok-olok kakekku! Mana bisa aku diam!” kata Nakatsu kesal berusaha melepaskan diri.
“Tapi semua itu benar kan?! Kakekmu hanyalah seorang pembunuh berdarah dingin!” kata Shinohara tidak mau kalah. Belum sempat Nakatsu membalasnya, terdengar suara dari pintu kelas.
“Kalian berdua, ke ruang kepala sekolah, sekarang!” bentak Midorisensei[1]. Dengan bersungut-sungut, Nakatsu dan Shinohara pun menuju ruang kepala sekolah.
Saat istirahat, di ruang kesehatan.
“Berkelahi lagi?! Apa kau tidak bosan ke ruang kepala sekolah terus?” tanya Fuyuki kesal. Dia adalah adik Nakatsu, dan berada di kelas 2-1. Dia sedang mengobati luka dan memar di wajah kakaknya. Jika dilihat sekilas, orang mungkin tidak akan sadar kalau mereka bersaudara. Tapi jika diperhatikan baik-baik, mereka memiliki garis wajah yang serupa, yang membedakan mungkin hanya warna dan sorot mata mereka. Fuyuki memiliki postur tubuh sedang dengan tinggi 165 cm dan rambut hitam panjang yang biasanya dibiarkan tergerai atau kadang dikuncir kuda.
“Tapi Shinohara sialan itu menghina kakek, bagaimana mungkin aku bisa saja!” seru Nakatsu kesal.
“Oh, ayolah niichan[2], ini bukan pertama kalinya ada yang menghina kakek.” Kata Fuyuki datar.
“Hei, jangan samakan aku dengan setan tanpa ekspresi sepertimu.” Kata Nakatsu.
“Dan jangan samakan aku dengan setan petarung sepertimu.” Balas Fuyuki. Mereka berdua diam, Fuyuki tetap melanjutkan merawat luka dan memar kakaknya. Yah, ini memang bukan pertama kalinya ada yang menghina kakek mereka. Fuyuki dan Nakatsu sebenarnya ditakuti sekaligus dibenci di sekolah karena kakek mereka merupakan mantan assasin atau pembunuh bayaran. Kakek mereka, William Black merupakan lelaki Inggris dan masih memiliki darah bangsawan. Beliau pindah ke Jepang atau lebih tepatnya diungsikan ke Jepang oleh kedua orang tuanya saat masih kecil karena adanya konflik internal dalam keluarga mereka yang menyebabkan terjadinya saling bunuh diantara Keluarga Black.
Karena sejak kecil beliau sudah hidup sebatang kara maka mau tak mau beliau terpaksa mencuri dan melakukan apapun untuk bertahan hidup termasuk menjadi pembunuh. Kakek mereka sangat ditakuti terutama oleh para pejabat dan konglomerat saat masa jayanya dan dari situ jugalah ia mendapatkan banyak uang. Tetapi kemudian beliau akhirnya berhenti sebagai assasin untuk melanjutkan bisnisnya yang sebenarnya yaitu perusahaan pembuatan game, dan usaha perhotelan lalu mengganti namanya menjadi Kurosaki Yoichi. Walaupun kakek mereka sudah lama berhenti sebagai pembunuh bayaran, mengganti namanya, dan sudah meninggal 3 tahun yang lalu, Fuyuki dan Nakatsu tetap dikucilkan disekolah itu karena banyak anak pejabat dan orang-orang kaya yang pernah bermasalah dengan kakek mereka.
“Ah, apa kau tidak bisa lebih lembut sedikit?! Gadis macam apa kau, pantas tak ada laki-laki yang tertarik padamu.” Kata Nakatsu sinis.
“Oh, lalu? Memangnya ada gadis yang tertarik padamu?” balas Fuyuki cuek.
“Tentu saja, tapi mereka takut menyatakan perasaannya.” Kata Nakatsu percaya diri. Yah, kepercayaan dirinya itu bukan tanpa alasan. Dia memang tampan, dengan tinggi 180 cm dan rambut hitam yang selalu terlihat berantakan yang entah kenapa justru membuatnya terlihat keren, mata cokelat gelapnya yang tajam serta hidungnya yang mancung. Sebelum latar belakang keluarganya diketahui, dia merupakan salah satu idola sekolah. Fuyuki hanya memutar matanya tak berminat sambil beranjak pergi.
“Hei, bisa kau belikan aku sesuatu?! Aku lapar.” Pinta Nakatsu.
“Mati saja kau.” Kata Fuyuki datar sebelum benar-benar pergi.