Saat jam istirahat kedua, banyak murid-murid wanita yang mengerumuni meja Ryuji untuk berkenalan dengannya. Fuyuki lebih memilih untuk ke ruang kesehatan lagi mengunjungi kakaknya. Di ruang kesehatan, ternyata sudah ada Shun, sahabat Nakatsu. Nama lengkapnya adalah Hayase Franz Shun, ibunya adalah orang Prancis dan ayahnya orang Jepang. Dia juga laki-laki yang tampan, dengan tinggi 182 cm dan rambut pirang serta mata biru terangnya. Dia merupakan idola sekolah juga, tetapi karena bersahabat dengan Nakatsu sepertinya popularitasnya menurun walaupun sebenarnya dia tak peduli. Dia memang tidak begitu tertarik dengan hal seperti itu.
“Yo senpai[1]...” Sapa Fuyuki.
“Aduh... Tersenyumlah Yuu-chan...” Kata Shun gemas karena Fuyuki hampir selalu pokerface.
“Mustahil, Shun...” Kata Nakatsu.
“Diam kau baka aniki[2]” Kata Fuyuki datar.
“Awas kau!!!” seru Nakatsu kesal sambil melemparkan bantal padanya.
“Sudah hentikan! Kau juga Yuu-chan, dia kan kakakmu, sopanlah sedikit.” Kata Shun.
“Ehm...” Kegiatan mereka diinterupsi sebuah suara.
“Sumimasen[3], saya ingin bicara secara pribadi dengan Fuyuki-san.” Kata Ryuji sopan.
“Katakan saja...” Kata Nakatsu.
“Masuklah...” Kata Fuyuki. Ryuji tampak ragu walaupun kemudian dia masuk.
“Jadi, apa yang mau kau bicarakan?” tanya Fuyuki. Ryuji menggaruk tengkuknya dengan canggung, sepertinya dia kesulitan mengatakannya.
“Ehm... Maukah kau menjadi kekasihku?” tanya Ryuji. Nakatsu, Shun, Fuyuki mengerjap bingung. Sesaat kemudian Shun dan Nakatsu berseru kaget.
“NANII[4]?!” seru mereka berdua syok.
“Lelucon apa yang kau mainkan?” tanya Fuyuki dingin.
“Ah?! Tidak... Bukan begitu, aku serius. Tujuanku pindah ke sekolah ini juga karena ini. Aku ingin mengenalmu lebih jauh.” Kata Ryuji. Fuyuki berusaha mempertahankan pokerfacenya walaupun semburat merah muncul di wajahnya. Akhirnya dia menarik Ryuji keluar dari ruang kesehatan dan membawanya ke atap.
“Jawab, lelucon apa yang kau mainkan, Kagerou Ryuji?!” tanya Fuyuki lagi.
“Aku serius, aku tidak sedang bercanda.” Bantah Ryuji. Fuyuki menatapnya dingin, dia tidak percaya sedikitpun dengan kata-kata Ryuji walaupun dari sorot mata dan ekspresi Ryuji, dia mengatakan yang sebenarnya.
“Leluconmu benar-benar tidak lucu, Kagerou-san.” Kata Fuyuki dingin sambil beranjak pergi meninggalkan Ryuji sendirian di atap.
Ryuji POV
Argh... Baka[5]... Bisa-bisanya aku senekat itu langsung menyatakan perasaanku, walaupun aku serius tapi dia pasti berpikir kalau aku hanya mempermainkannya. Ah, ayolah Fuyuki-chan. Aku benar-benar serius dengan ucapanku tadi. Percayalah padaku. Apa kau sudah lupa padaku?!
END POV
Ryuji duduk di bangku yang ada disitu dan memandang langit dengan sedih. Dia benar-benar serius dengan perkataannya tadi, yah walaupun dia sudah menduga Fuyuki akan mengiranya sedang bercanda. Ryuji melakukan itu bukan tanpa alasan, dia memang sudah menyukai Fuyuki sejak lama. Pertama kalinya Ryuji bertemu Fuyuki adalah saat dia tersesat di sebuah taman bermain. Saat sedang mencari keluarganya, dia bertemu Fuyuki dan Nakatsu yang sedang berkelahi memperebutkan sebuah lolipop. Jujur saja, awalnya dia takut karena heterochromia Fuyuki yang menyebabkan mata kirinya berwarna hijau dan mata kanannya berwarna cokelat gelap.
#Flashback
“Hiks... Baa-san[6]...” Ryuji menangis sambil mencari neneknya yang terpisah darinya.
“Kurosaki Fuyuki, berikan itu padaku!” seru seorang anak laki-laki berusia sekitar 9 tahun yang mengejar gadis kecil yang sepertinya adalah adiknya.
Tidak mau, ini milikku, nii-chan kan sudah tadi.” Kata gadis kecil itu sambil menjulurkan lidahnya mengejek kakaknya.
“Punyaku tadi tak sebesar itu, berikan!” seru anak itu lagi, dia berhasil menangkap adiknya dan saat ini sedang berusaha merebut lolipop itu.
“Tidak mau, beli saja sendiri.” Balas Fuyuki lagi, sambil berusaha melepaskan diri. Tanpa sengaja dia bertatapan dengan Ryuji yang berdiri tidak jauh dari mereka.
“Hei, kenapa kau menangis?” tanya gadis kecil itu.
“Aku.. Terpisah dengan Baa-san...” KataRyuji terisak pelan, sebenarnya dia agak takut karena mata gadis kecil itu berbeda warna.
“Oh... Kau mau lolipopku?! Aku lebih suka kau yang makan ini dari pada dimakan nii-chan.” Kata gadis kecil itu sambil memberikan lolipopnya pada Ryuji.
“Hei Kurosaki Fuyuki!!! Bisa-bisanya kau malah memberikan lolipopmu pada orang asing.” Protes kakaknya.
“Aku lebih rela lolipopku dimakan olehnya daripada olehmu, Kurosaki Nakatsu.” Balas Fuyuki sengit.
“Ehm.. Arigato[7].” Kata Ryuji menginterupsi pertengkaran mereka.
“Nee[8], mau kubantu mencari Baa-sanmu?! Aku juga terpisah dari keluargaku, dan malah terjebak dengan serangga menyebalkan ini.” Kata Fuyuki dengan wajah tanpa dosa sambil menunjuk kakaknya.
“Hei! Apa maksudmu dengan menunjukku begitu?! Mana sopan santunmu terhadap kakakmu?!” protes Nakatsu kesal. Fuyuki tetap memasang wajah tanpa dosanya. Mau tak mauRyuji tertawa melihat mereka berdua.
“Nah, kau terlihat lebih tampan saat tertawa, jangan menangis lagi, ya?! Ayo kita cari Baa-sanmu.” Kata Fuyuki ceria sambil menggandeng Ryuji dan meninggalkan Nakatsu. Wajah Ryuji agak memerah mendengar perkataan Fuyuki tadi.
“Hei!! Jangan tinggalkan aku.” protes Nakatsu kesal sambil mengikuti adiknya. Tak lama kemudian mereka bertemu dengan nenek Ryuji.
“Arigato karena sudah menemaninya, sebagai ucapan terima kasih, bagaimana kalau kalian kubelikan sesuatu?! Kalian suka eskrim?” tanya nenek Ryuji ramah.
Fuyuki & Nakatsu mengangguk kompak. Baa-san Ryuji hanya tersenyum kecil melihatnya, dia membelikan eskrim untuk mereka bertiga, sambil makan eskrimnya, Ryuji mengenalkan diri pada Fuyuki dan kakaknya.