Fuyuki berada di ruang kesehatan sampai pulang sekolah. Ryuji membawakan tasnya dan mereka pulang bersama. Sepanjang perjalanan ke rumah Ryuji, Fuyuki lebih banyak diam. Yah, dia memang tidak banyak bicara. Tapi diamnya Fuyuki kali ini tidak seperti biasanya. Seakan dia tengah memikirkan sesuatu yang sangat serius. Tapi Ryuji tidak berani mengusiknya. Sesampainya di rumah Ryuji, tampak beberapa pelayan menyambut mereka.
“Aku sudah memberitahu nenek kalau aku akan mengajak kekasihku kesini.” Kata Ryuji. Fuyuki hanya mengangguk. Dia mengikuti langkah Ryuji masuk ke dalam rumah. Nenek Ryuji menyambut mereka. Beliau masih tampak sehat diusia yang sudah tidak muda lagi itu.
“Bukankah kau cucu Yuna?! Fuyuki-chan?! Lama tidak ketemu, bagaimana kabar nenekmu?” tanya nenek Ryuji ramah.
“Beliau baik-baik saja, arigato gozaimasu.” Jawab Fuyuki sopan.
“Aku benar-benar tidak menyangka kalau kau adalah kekasih Ryuji, kupikir kau masih di Inggris.” Kata nenek Ryuji.
“Saya kembali ke Jepang tahun lalu.” Jelas Fuyuki. Pembicaraan mereka pun berlanjut. Nenek Ryuji yang memang sudah lama menyukai Fuyuki, tentu saja setuju dengan hubungan mereka. Tak terasa hari sudah semakin sore. Ryuji mengantarkan Fuyuki pulang.
“Arigato, Yuki-chan.” Kata Ryuji, Fuyuki yang tengah melamun, tersentak kaget karena tiba-tiba Ryuji bicara padanya.
“Huh?! Untuk apa?” tanya Fuyuki.
“Karena sudah menjadi kekasihku.” Kata Ryuji seraya tersenyum manis. Wajah Fuyuki memerah.
“Ja… Jangan salah paham! Kita punya perjanjian!” elak Fuyuki. Senyum Ryuji memudar. Fuyuki jadi merasa bersalah, dia berusaha mengganti topik. Tapi saat Fuyuki baru mau memulai pembicaraan, tiba-tiba mobil Ryuji dihalangi sebuah mobil. Kemudian keluarlah 2 orang berbadan kekar. Salah satu dari mereka menggedor kaca mobil Ryuji.
“Keluar kau, bocah!” bentak pria itu. Ryuji keluar dengan bingung. Fuyuki mengikutinya, entah kenapa dia punya firasat buruk soal ini.
“Doushite?! Apa saya melakukan kesalahan?” tanya Ryuji sopan. Bukannya menjawab, pria itu malah memukul Ryuji. Fuyuki berusaha menghentikannya, tapi teman pria itu menahannya. Tanpa sengaja Fuyuki melihat sebuah tato di lengan salah satu dari kedua pria itu, itu merupakan lambang keluarga Suzuhara. Fuyuki menggeram kesal, dia menghajar pria yang menahannya dan menghajar pria yang memukul Ryuji.
“Aku tidak akan menerimamu lagi! Camkan itu, Suzuhara!” bentak Fuyuki, kemudian dia menarik Ryuji masuk ke mobil dan mengendarai mobil pergi. Meninggalkan kedua pria yang menyerang mereka tadi begitu saja. Fuyuki berusaha menahan kemarahannyanya dan berusaha fokus ke jalan, dia mencengkeram setir erat-erat. Dia melirik Ryuji dari sudut matanya, dia merasa sangat bersalah.
Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah Fuyuki. Fuyuki memapah Ryuji masuk ke rumahnya dan bergegas mengambil kotak obat dan es. Dia mulai mengobati Ryuji.
“Ah...” Gumam Ryuji saat kapas yang sudah diberi alkohol itu bersentuhan dengan lukanya.
“Go… Gomennasai.” Kata Fuyuki panik, tangannya gemetar saat melanjutkan pengobatannya. Untunglah luka Ryuji tidak terlalu parah, tapi tetap saja, lebam di wajahnya membutuhkan waktu beberapa hari untuk hilang. Fuyuki membereskan kotak obatnya dan menghabiskan waktu lebih lama di belakang saat dia menyimpan kotak obatnya. Dia ingin sendiri saat ini, dia ingin menangis dan menghancurkan sesuatu. Dia benar-benar marah pada Mario dan dia juga marah pada dirinya sendiri. Dia menyesali keputusannya mengenai perjanjiannya dengan Ryuji.
Ryuji yang khawatir karena Fuyuki belum juga kembali, akhirnya menyusul Fuyuki ke belakang. Dilihatnya Fuyuki tengah menangis, tangannya masih memegang kotak obat. Ryuji mendekat dan memeluknya dari belakang. Fuyuki tersentak kaget dan menjatuhkan kotak obatnya.
“Kau menangis lagi. Doushite?! Maukah kau mengatakannya padaku?” tanya Ryuji lembut. Fuyuki menggeleng, dia berusaha menahan tangisnya. Ryuji memutar tubuh Fuyuki, sehingga gadis itu kini berhadapan dengannya. Dia menunduk sedikit agar tingginya sejajar dengan Fuyuki. Dia menghapus air mata Fuyuki dengan ibu jarinya, dan mencium dahi Fuyuki dengan lembut.
“Aku tidak suka melihatmu menangis, apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Ryuji lagi. Fuyuki hanya menggeleng dan menunduk. Ryuji menghela nafas panjang.
“Apa kau merasa bersalah karena kejadian tadi?” tanya Ryuji. Fuyuki tidak merespons.
“Fuyuki-chan, harusnya aku yang merasa bersalah, harusnya aku yang melindungimu tadi, tapi justru kau lah yang melindungiku. Kau menghajar kedua pria itu, membawaku kesini, dan mengobati luka-lukaku, aku merasa gagal sebagai kekasihmu.” Kata Ryuji pelan.
“Jangan bicara seperti itu! Ini memang salahku, Gomennasai karena sudah melibatkanmu dalam hal ini.” Kata Fuyuki cepat.
“Melibatkanku dalam apa?” tanya Ryuji. Tapi Fuyuki hanya menggeleng.
“Bukan apa-apa.” Kata Fuyuki cepat. Tiba-tiba Ryuji teringat kata-kata Fuyuki tadi.
“Siapa Suzuhara?! Dan apa maksudmu dengan tidak akan menerimanya lagi?” tanya Ryuji. Fuyuki hanya menggeleng.
“Bukan apa-apa.” Gumam Fuyuki.
“Yuki-chan, aku berhak tahu, kurasa Suzuhara ini berniat buruk padamu?” desak Ryuji.
“Tidak… Sudahlah, jangan dipikirkan, sekarang kau istirahat saja.” Fuyuki berusaha mengalihkan pembicaraan. Tapi Ryuji tetap mendesaknya.
“Kagerou Ryuji, urusanku tidak ada hubungannya dengan perjanjian kita, walaupun aku setuju untuk menjadi kekasihmu selama sebulan, bukan berarti kau juga bisa mencampuri urusanku!” kata Fuyuki kesal. Ryuji terdiam, Dia tidak ingin Fuyuki marah, tapi dia lebih tidak ingin Fuyuki berada dalam bahaya.
“Setidaknya… Jangan membuatku khawatir.” Kata Ryuji pelan. Kali ini Fuyuki yang terdiam. Sebenarnya dia juga tidak ingin membuat Ryuji khawatir.
“Gomenne… Akan kuusahakan.” Kata Fuyuki pelan. Suasana menjadi hening. Mereka sama-sama tidak tahu harus berkata apa lagi.