Fuyuki membuka matanya, dia melihat jam di meja di samping ranjang kakaknya. Ternyata sudah jam 10 malam. Dia mencoba bangun, tapi tidak bisa karena saat dia bergerak, pelukan di pinggangnya justru makin erat.
“Tidurlah lagi.” Gumam Ryuji.
“Baka! Lepaskan aku!” seru Fuyuki kesal. Ryuji justru mempererat pelukannya. Tiba-tiba mereka mendengar suara tawa tertahan. Fuyuki dan Ryuji refleks sama-sama terbangun. Ternyata di kamar sudah ada ketiga kakak Fuyuki.
“Wah… Gomenne. Kami tidak bermaksud menganggu kalian, silahkan lanjutkan saja, aku akan tidur di kamarmu, Yuu.” Kata Akira tersenyum penuh arti. Wajah Fuyuki dan Ryuji memerah.
“Ja… Jangan salah paham nii-san!!!” seru Fuyuki salah tingkah. Ketiga kakaknya menertawai mereka berdua.
“Yah, karena sudah jam segini, kau menginap disini saja, Kagerou-kun, toh besok libur.” Kata Akira.
“Ah, arigato gozaimasu, Kurosaki-san. Aku pulang saja.” Tolak Ryuji sopan.
“Tapi ini sudah terlalu malam, tidak apa-apa kok, ada kamur tamu disini. Dan jangan memanggilku begitu, panggil saja Akira.” Kata Akira lagi. Hayato dan Nakatsu juga ikut memaksa Ryuji untuk menginap.
“Ah… Hai… Hai… Baiklah.” Kata Ryuji. Akhirnya malam itu, dia menginap di rumah Fuyuki. Tapi mungkin karena sudah tidur sebelumnya, Ryuji jadi tidak bisa tidur. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke balkon, mencari udara segar. Di balkon, ternyata sudah ada Fuyuki.
“Yuki-chan, kenapa kau tidak tidur?” tanya Ryuji seraya duduk di sebelah Fuyuki.
“Pertanyaan itu kukembalikan padamu.” Jawab Fuyuki datar. Ryuji mempoutkan bibirnya.
“Hei... Karena aku sudah bertemu nenekmu, apa berarti perjodohanmu sudah dibatalkan?” tanya Fuyuki.
“Hmm… Entahlah, tapi kurasa begitu, Doushite?! Apa kau cemburu?” tanya Ryuji.
“Cuma bertanya.” Jawab Fuyuki datar.
“Hei, aku kan kekasihmu, apa kau tidak cemburu kalau aku bersama gadis lain?!” protes Ryuji. Fuyuki tidak mengacuhkannya. Ryuji merengut.
“Fuyuki-chan, tadi siang, dan tadi saat kita kesini, kenapa kau menangis?” tanya Ryuji tiba-tiba.
“Bukan urusanmu.” Jawab Fuyuki dingin.
“Tentu saja urusanku, aku kekasihmu!” kata Ryuji kesal.
“Hanya karena kau kekasihku, bukan berarti kau bisa mengganggu privasiku.” Kata Fuyuki dingin, kemudian dia beranjak masuk. Tapi Ryuji menahannya dan memeluknya dari belakang.
“Kalau begitu, setidaknya berjanjilah satu hal. Aku tahu kau cucu seorang mantan assasin dan aku tahu banyak yang mengincar yang nyawamu dan keluargamu untuk balas dendam, karena itu, tolong jangan libatkan dirimu dalam hal berbahaya. Kumohon…. Aku tidak ingin kehilangan dirimu, Yuki-chan.” Kata Ryuji pelan. Fuyuki ingin sekali berbalik dan memeluknya dan mengatakan hal yang sama. Tapi dia berusaha menahan diri, dia terus mengingatkan pada dirinya sendiri kalau dia tak boleh terlalu larut dalam perjanjian mereka. Akhirnya Fuyuki hanya mengangguk. Ryuji tetap memeluknya sampai beberapa saat kemudian.
“Tidurlah, kau membutuhkannya.” Kata Fuyuki setelah Ryuji melepaskannya. Ryuji hanya mengangguk dan masuk diikuti Fuyuki. Sesampainya di kamarnya, Fuyuki merebahkan diri dan memandangi langit-langit kamarnya.
Fuyuki POV
Gomennasai… Gomennasai Ryu-kun. Kau tidak perlu mengatakan hal itu, harusnya aku yang berkata seperti itu. Justru keselamatanmu lah yang terancam. Apalagi sepertinya Mario mengincarmu. Apa yang harus kulakukan? Mario selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Tapi aku tidak bisa menjauhi Ryuji juga… Aku terikat perjanjian dengannya. Lagi pula aku juga tidak ingin kembali pada Mario. Cukup sudah dia mempermainkanku dulu. Tapi apa maksudnya saat dia bilang kalau dia masih mencintaiku?! Aku tahu dia tidak berbohong saat mengatakan hal itu, tapi kalau memang begitu, kenapa dia menyakitiku dulu?! Apa yang sebenarnya direncanakan olehnya?!
END POV
Fuyuki menghela nafas panjang. Semarah apapun dia pada Mario, sebenci apapun dia pada basket, dia tidak pernah bisa membenci Mario. Walaupun dia mencintai Ryuji, tapi di satu sisi dia juga sadar kalau dia sebenarnya juga masih mencintai Mario.
“Baka!!!” seru Fuyuki kesal, dia melemparkan bantalnya dengan kesal. Tanpa sadar air matanya menetes.
“Doushite… Doushite. Kenapa aku tidak bisa membencimu Suzuhara Mario. Kenapa kau mengatakan kalau kau masih mencintaiku?! Kenapa kau terus mempermainkan perasaanku?! Apa kau pikir perasaanku adalah bola basket yang biasa kau mainkan?! Apa yang sebenarnya kau rencanakan?! Berhenti mempermainkan perasaanku!” Fuyuki terisak, hatinya kembali terasa sakit saat dia teringat Mario.
“Doushite… Mario-kun?! Doushite, why did i still loving you?” Fuyuki membenamkan wajahnya di bantal untuk meredam tangisannya. Akhirnya Fuyuki tertidur juga karena lelah setelah menangis.
***
Keesokan paginya, Fuyuki terbangun dengan mata bengkak karena semalam menangis.
“Mario-kun.” Gumam Fuyuki saat terbangun, dia memimpikan Mario, dan jujur saja, sebenarnya itu mimpi buruk. Fuyuki bisa merasakan kalau matanya kembali memanas, tapi dia berusaha menahan tangisnya.
“Baka!!! Sejak kapan aku selemah ini!” Fuyuki merutuki dirinya sendiri, lalu dia beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka. Kemudian dia turun untuk menyiapkan sarapan. Walaupun rumah mereka tergolong besar, tapi mereka hanya tinggal berempat. Tidak ada pembantu atau sejenisnya. Mereka melakukan semua pekerjaan rumah tangga sendiri. Biasanya mereka akan membagi-bagi tugas dan melakukannya bergantian. Dan biasanya Fuyuki mendapat tugas memasak.
Saat menyiapkan sarapan, Fuyuki teringat akan mimpinya.
“Baka!” seru Fuyuki berusaha kembali fokus ke masakannya.
“Kaulah yang baka, bisa-bisanya memarahi makanan.” Kata Nakatsu dengan wajah tanpa dosa.
“Urusai! Bersihkan halaman!” bentak Fuyuki kesal.
“Woah, apa yang terjadi padamu, imouto?!” tanya Hayato heran. Biasanya di pagi hari Fuyuki menyiapkan sarapan dengan tenang. Jika di pagi hari Fuyuki sudah marah-marah, berarti dia sedang ada masalah yang benar-benar serius.
“Yuu, setelah sarapan, temani aku belanja, ya?!” Kata Akira lengkap dengan senyum manisnya, Fuyuki hanya mengangguk sambil menata makanan di meja makan. Nakatsu ke atas untuk membangunkan Ryuji. Tak lama kemudian mereka makan. Mereka makan dalam diam. Tidak ada yang berani memulai pembicaraan, bahkan Ryuji yang baru datang pun menyadari hawa berbahaya di sekitar Fuyuki sehingga memutuskan untuk tetap diam.
Setelah sarapan, Fuyuki dan Akira pun pergi belanja. Sepeninggal mereka berdua, Nakatsu dan Hayato menghembuskan nafas lega.
“Doushite? Apa yang terjadi pada Yuki-chan?” tanya Ryuji penasaran.
“Entahlah, dia hanya akan begitu jika dia memiliki masalah serius.” Jawab Hayato.
“Ah, ngomong-ngomong, apa Hayato-san tahu seseorang yang bernama Suzuhara?” tanya Ryuji. Baik Hayato dan Nakatsu tampak seakan membeku mendengar nama itu.
“Darimana kau mendengar itu?” tanya Nakatsu dingin. Sikapnya benar-benar berbeda dari Nakatsu yang bisanya.
“Ke… Kemarin mobilku dicegat oleh 2 orang pria dan salah satu dari mereka memukulku. Lalu tiba-tiba Fuyuki-chan mengatakan ‘aku tidak akan menerimamu lagi, camkan itu suzuhara’ lalu dia menghajar kedua pria itu dan mengemudi kesini. Setelah Fuyuki mengobati luka-lukaku, dia menangis di belakang. Saat kutanya soal Suzuhara sikapnya juga langsung berubah.” Cerita Ryuji. Hayato dan Nakatsu saling pandang seakan minta persetujuan dan pendapat satu sama lain. Hayato menghela nafas panjang.
“Jangan katakan pada Yuu kalau kau tahu ini dari kami.” Kata Hayato sebelum memulai ceritanya. Ryuji hanya mengangguk.
“Suzuhara Yamato adalah musuh kakek kami dan sebenarnya kematian kakek kami adalah ulahnya. Dia membuat seolah kematian kakek kami adalah hal yang wajar. Rencananya berhasil karena kami baru sadar beliau dibunuh beberapa minggu setelah kematiannya. Saat ini keluarga Suzuhara tengah mengembangkan bisnisnya ke Inggris, sama seperti keluarga kami, bisnis mereka adalah pembuatan game dan perhotelan, aku yakin kau pasti pernah mendengar tetang Suzuhara Shintaro?! Dia adalah pimpinan Suzuhara Corp. saat ini dan merupakan ayah Mario. Lalu kudengar cabang hotel Suzuhara sudah ada dimana-mana. Sebenarnya tujuan utama keluarga Suzuhara mengembangkan bisnisnya ke Inggris adalah untuk menghancurkan bisnis keluarga kami. Aku tidak yakin sudah sampai dimana persaingan ini berlanjut.” Hayato berhenti sebentar.Nakatsu melanjutkan cerita kakaknya.
“7 tahun yang lalu, saat kami tinggal di Kyoto, Yuu berkenalan dengan Suzuhara Mario, cucu Suzuhara Yamato. Awalnya kami sama-sama tidak tahu kalau sebenarnya keluarga kami bermusuhan. Jujur saja, sebenarnya kami menyukai anak itu, dia mengajari Yuu cara bermain basket dan shogi, dan dia juga yang menghibur Yuu saat kematian kakek kami. Lalu saat musim semi 3 tahun lalu, saat Yuu kelas 2 SMP, Mario menyatakan perasaannya dan mereka berpacaran.” Nakatsu berhenti sebentar untuk melihat reaksiRyuji, Ryuji tampak mengerutkan dahinya dan mengepalkan tangannya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Nakatsu pun melanjutkan ceritanya.