Sore harinya, Fuyuki pergi ke lapangan basket dekat sekolahnya. Hayato dan Nakatsu sedang keluar dan Akira sempat heran saat Fuyuki mengatakan kalau dia hendak pergi ke lapangan basket.
“Kau yakin?” tanya Akira. Fuyuki hanya mengangguk.
“Hati-hati…” Kata Akira, Fuyuki kembali mengangguk dan bergegas pergi. Tapi entah kenapa Akira merasakan firasat tidak enak, jadi dia memutuskan untuk mengikuti adiknya.
Perjalanan dari rumah Fuyuki ke lapangan basket dekat sekolahnya menghabiskan waktu sekitar 15 menit dengan taxi. Di sana ternyata Mario sudah datang duluan dan tengah bermain basket sendiri. Fuyuki mengepalkan tangannya, dia teringat saat pertemuan pertamanya dengan Mario dulu dan hal itu hanya membuatnya ingin menangis. Mario menyadari kehadiran Fuyuki dan mendekatinya.
“Kau mau main?” tawar Mario. Nadanya terdengar biasa, seolah tidak pernah ada masalah diantara mereka, seolah hubungan mereka kembali seperti dulu. Fuyuki hanya mengerutkan dahinya dan mengalihkan pandangannya. Mario menghela nafas panjang. Dia tahu tidak semudah itu dia bisa mendapatkan Fuyuki kembali. Dia meraih tangan Fuyuki tapi Fuyuki langsung menepisnya dan menatapnya dingin.
“Apa yang mau kau bicarakan?” tanya Fuyuki.
“Hentikan itu, apa kau tidak ingin bermain basket denganku lagi?” tanya Mario.
“Tidak, aku tidak suka bermain basket.” Kata Fuyuki dingin.
“Hah… Wakatta. Langsung saja. Aku hanya ingin bisa bersamamu lagi, Yuuki.” Kata Mario.
“Apa yang sebenarnya kau rencanakan?! Kau belum puas dengan apa yang sudah kau lakukan dulu?! Apa kau begitu membenciku sehingga kau melakukan semua ini?!” tanya Fuyuki dingin, suaranya begetar menahan kemarahannya.
“Tidak… Aku serius.” Kata Mario, Fuyuki tahu kalau Mario tidak berbohong, tapi bukan berarti dia bisa menerima laki-laki itu lagi begitu saja.
“Kalau cuma itu yang ingin kau bicarakan, kurasa lebih baik aku pulang, aku hanya menghabiskan waktuku disini.” Fuyuki berbalik dan berjalan pergi. Tapi Mario bertindak lebih cepat. Dia menarik Fuyuki ke pelukannya. Fuyuki sangat terkejut saat menyadari dia berada di pelukan Mario.
“Aku tahu kau tidak akan percaya begitu saja dan menerimaku lagi. Tapi setidaknya aku ingin kau tahu kalau aku tidak bohong soal perasaanku. I still love you… Yuuki.” Kata Mario pelan. Fuyuki hanya diam, dia tahu seharusnya dia memberontak dan pergi dari situ. Tapi sebagian dari dirinya tidak menginginkan hal itu, sebagian dari dirinya ingin tetap seperti ini. Jujur saja, dia merindukan saat-saat seperti ini, pelukan hangat Mario dan aroma mint lembut yang selalu membuatnya tenang, hal itu masih belum juga berubah sampai sekarang. Dia merasakan sesuatu yang dingin di dahinya dan dia sadar kalau itu adalah sebuah mata kalung. Kalung yang sama dengan miliknya. Fuyuki bisa merasakan kalau matanya mulai memanas, dia berusaha menahan tangisnya.