Saat ini Ryuji dan Fuyuki sedang berada di sebuah cafe, dan dari tadi mereka sama-sama tak banyak bicara karena sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Ano…” Fuyuki dan Ryuji sama-sama akan mengatakan sesuatu.
“Eh… Kau duluan.” Kata Fuyuki cepat. Ryuji menggeleng.
“Ladies first.” Kata Ryuji. Fuyuki menghela nafas panjang.
“Gomenne. Sebenarnya, tadi aku bertemu dengan Suzuhara Mario.”
“Huh?! Daijobuka?! Apa dia menyakitimu?!” tanya Ryuji khawatir. Fuyuki menggeleng.
“Gomenne… Seharusnya aku tidak menemuinya. Gomenne.” Sesal Fuyuki. Ryuji membelai rambutnya dengan lembut.
“Daijobu… Yang penting kau tidak terluka.” Kata Ryuji lembut. Fuyuki jadi semakin merasa bersalah.
“A… Apa yang mau kau katakan padaku?” tanya Fuyuki.
“Ah… Ano. Sebenarnya tidak ada yang ingin kukatakan. Aku hanya igin menghabiskan waktu denganmu.” Kata Ryuji. Wajahnya memerah, begitu juga dengan Fuyuki. Selama beberapa saat mereka sama-sama diam. Suasana cafe itu sedang tidak terlalu ramai hari itu. Perlahan Ryuji meraih tangan Fuyuki yang terkepal di atas meja dan menggenggamnya dengan lembut. Fuyuki tersentak saat merasakan kehangatan di tangannya, dan tatapan lembut Ryuji membuatnya semakin salah tingkah. Mereka masih saling tak bicara satu sama lain. Tapi sepertinya tanpa bicara pun mereka sudah paham satu sama lain.
“Nee… Ayo pergi, aku ingin menunjukkan sesuatu.” Kata Ryuji. Fuyuki beranjak dari tempatnya dan mengikuti langkah Ryuji ke mobilnya. Selama perjalanan mereka tak mengatakan apapun. Untunglah tak lama kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Ternyata itu adalah sebuah lapangan terbuka di pinggir kota. Mereka berdua bisa melihat bintang-bintang dari situ.
“Woah...” Gumam Fuyuki tanpa sadar. Dia seakan terhipnotis dengan pemandangan yang dilihatnya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali dia bisa melihat bintang seperti ini.
“Kau suka?” tanya Ryuji. Fuyuki hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari langit. Ryuji tersenyum kecil melihatnya. Tiba-tiba Fuyuki bersin-bersin. Ryuji segera melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke Fuyuki.
“A… Daijobu.” Kata Fuyuki cepat. Ryuji menggeleng dan tetap memakaikan jaketnya ke Fuyuki.
“Tapi kau bisa kedinginan, Ryu-kun.” Protes Fuyuki. Ryuji sempat membeku mendengar panggilan Fuyuki barusan, begitu juga dengan Fuyuki, dia baru menyadari perkataannya.
“A… Ah… Gomen.” Tapi kemudian Ryuji tersenyum manis.
“Wakatta, kalau begitu.” Ryuji menarik Fuyuki yang duduk di sebelahnya untuk duduk diantara kakinya. Bukan hal sulit mengingat tubuh Fuyuki yang memang lebih kecil jika dibandingkan Ryuji.
“R… Ryu-kun.” Dia melingkarkan lengannya di pinggang Fuyuki, memeluknya dari belakang dan menyandarkan dagunya di bahu Fuyuki.
“Kalau begini tidak masalah kan?! Aku tetap memakai jaketku, dan kau juga tidak kedinginan.” Kata Ryuji lembut. Wajah Fuyuki merah padam.
“Ryu-kun baka.” Gumam Fuyuki. Ryuji hanya tertawa kecil mendengarnya dan membenamkan wajahnya di helaian rambut Fuyuki.
Ryuji POV
Kuharap saat seperti ini terus berlangsung selamanya. Yuki-chan. Waktu yang bisa kuhabiskan denganmu memang tak banyak, karena itulah aku ingin membuat kenangan sebanyak mungkin denganmu. Aku tidak peduli walau kau masih mencintai Suzuhara Mario. Aku sudah senang jika saat ini kau ada untukku.
END POV
Tiba-tiba Ryuji terbatuk-batuk. Dia bahkan sampai melepaskan Fuyuki dan menjauh sedikit dari gadis itu.
“R… Ryu-kun… Daijobu?!” tanya Fuyuki khawatir, dia menepuk-nepuk punggung Ryuji. Untunglah tak lama kemudian batuknya reda. Ryuji berusaha tersenyum dan mengacak-acak rambut Fuyuki.
“Daijobu… Gomenne... Aku merusak suasana ya?!” kata Ryuji.
“Baka! Kau tidak bilang kalau sedang sakit?! Ayo pulang, jangan sampai sakitmu tambah parah, perlu aku yang menyetir?” tanya Fuyuki. Ryuji menggeleng dan kembali menarik Fuyuki ke pelukannya.
“Ryu-kun!” protes Fuyuki. Ryuji hanya mengeratkan pelukannya.
“Aku masih ingin disini.” Gumam Ryuji. Fuyuki menghela nafas kesal.
“Jangan memaksakan dirimu.” Kata Fuyuki pelan seraya membalas pelukan Ryuji. Ryuji tersenyum kecil dan mencium dahi Fuyuki dengan lembut.
“Hai, hai…” Gumam Ryuji. Mereka kembali diam, hanya suara jangkrik yang terdengar disekitar situ.