Akira dan Hayato memutuskan untuk menyembunyikan fakta tentang penyakit Ryuji. Tapi mereka berdua tetap saja mengkhawatirkan Fuyuki. Semakin hari Fuyuki dan Ryuji semakin dekat. Mereka khawatir bagaimana reaksi Fuyuki nanti jika mengetahui yang sebenarnya. Mereka tak ingin Fuyuki tersakiti lagi. Masalahnya adalah semakin hari kesehatan Ryuji pun semakin memburuk. Dia mulai sering tidak masuk sekolah dan bahkan dirawat di rumah sakit. Tentu saja hal itu membuat Fuyuki sangat khawatir. Tapi Ryuji terus berkilah dan hanya mengatakan kalau dia hanya kelelahan. Tentu saja Fuyuki tak percaya dan berusaha mengetahui apa penyakit Ryuji yang sebenarnya.
Dia sudah mencoba untuk bertanya pada perawat dan bahkan dokter. Tapi mereka semua tidak ada yang mau memberitahunya. Sebenarnya dia ingin bertanya pada nenek Ryuji. Tapi sepertinya itu bukan hal yang pantas ditanyakannya.
“Yuki-chan?!” Fuyuki tersadar dari lamunannya.
“Ah, hai?”
“Daijobu?” tanya Ryuji. Fuyuki hanya mengangguk.
“Kalau lelah istirahat saja, kau tidak harus datang tiap hari kesini, Yuki-chan.” Kata Ryuji lagi. Fuyuki melanjutkan mengupas apel.
“Nee… Ryu-kun. Sebenarnya kau sakit apa?” tanya Fuyuki.
“Sudah kubilang aku hanya kelelahan.” Kata Ryuji.
“Tidak mungkin hanya kelelahan saja. Kenapa kau tak mau memberitahuku?” tanya Fuyuki lagi. Ryuji menghela nafas panjang.
“Ada saatnya seorang laki-laki ingin merahasiakan sesuatu.” Kata Ryuji pelan.
“Yuki-chan, kemarilah.” Kata Ryuji lembut. Fuyuki pun duduk di sisi ranjang Ryuji. Ryuji tersenyum lembut dan memeluk Fuyuki erat-erat.
“Arigatou untuk semuanya.” Kata Ryuji lembut. Fuyuki terdiam. Mendadak perasaannya menjadi tidak enak soal ini.
“A… Apa maksudmu?” tanya Fuyuki.
“Aku hanya ingin berterima kasih.” Ryuji membelai rambut Fuyuki.
“Ryu-kun… Apa... Apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku?” tanya Fuyuki. Ryuji menatapnya sendu. Dia hanya menunduk dan mencium Fuyuki dengan lembut.
“I love u, Yuki-chan. Soo much.” Kata Ryuji lembut. Fuyuki semakin bingung.
“Ryu-kun… A… Ada apa sebenarnya?” tanya Fuyuki lagi. Ryuji hanya menggeleng dan kembali memeluk Fuyuki. Dia tahu, ya… Dia sadar kalau waktunya sudah tidak akan lama lagi. Karena itu dia ingin tetap bersama Fuyuki seperti ini. Dia ingin bersama Fuyuki di saat-saat terakhirnya.
“Ryu-kun? Mau kupanggilkan dokter?” tanya Fuyuki. Ryuji hanya menggeleng dan mengeratkan pelukannya.
“Biarkan aku memelukmu lebih lama.” Gumam Ryuji. Fuyuki hanya mengangguk. Tapi entah kenapa perasaannya tidak enak soal ini.
“Yuki-chan, aku mengantuk, gomenne. Aku ingin tidur dulu.” Kata Ryuji. Fuyuki hanya mengangguk dan perlahan melepaskan pelukannya.
“Ka… Kalau begitu aku pulang dulu… Ja…” Pamit Fuyuki. Ryuji hanya mengangguk dan tersenyum. Fuyuki pun segera beranjak pergi.
“Gomenne… Yuki-chan.” Kata Ryuji pelan selepas kepergian Fuyuki. Dia menghela nafas panjang seraya menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba dia terbatuk-batuk dan dahaknya berdarah. Dengan susah payah Ryuji memencet tombol untuk memanggil suster sebelum ia kehilangan kesadarannya.
“Yu…ki…” Gumam Ryuji sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.
Sementara itu Fuyuki, firasatnya semakin tidak enak. Entah kenapa ada dorongan kuat untuk kembali ke Rumah Sakit lagi. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya dia menyuruh supir taxi untuk membawanya kembali ke Rumah Sakit. Supir itu tampak bingung walaupun ia mengikuti perintah Fuyuki. Saat mendekati Rumah Sakit, perasaan tak enaknya menjadi semakin kuat. Segera setelah membayar, ia pun segera menuju ke kamar Ryuji.
Dia melihat nenek Ryuji di depan kamar Ryuji dan beliau tampak menangis.
“Baa-san… Doushite?” tanya Fuyuki khawatir.
“Keadaan Ryuji kritis.” Nenek Ryuji terisak. Nafas Fuyuki tercekat. Jadi itu penyebab perasaan tidak enak yang dirasakannya.
“A… Apa yang?! Ba… Bagaimana?” Fuyuki tak bisa berkata-kata. Nenek Ryuji menggenggam tangannya.
“Yuki-chan, tolong. Tolong berdoalah agar Ryuji baik-baik saja.” Fuyuki hanya mengangguk. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Dia masih ingat dnegan senyuman Ryuji saat dia pulang tadi. Apa yang terjadi?! Mengapa tiba-tiba keadaannya menjadi kritis?!
“Baa… Baa-san… Apa… Sebenarnya apa penyakit Ryu-kun?! Kenapa… Kenapa ia tak mau memberitahukannya padaku?” tanya Fuyuki, suaranya bergetar. Nenek Ryuji menyeka air matanya dengan sapu tangan yang disodorkan Fuyuki.
“Mungkin sudah saatnya kamu tahu. Sebenarnya, sejak kecil Ryuji memiliki kelainan di paru-paru dan jantungnya.”